Tidak iya dapat kukeluhkan ini nasibku hanya selain padamu
Yang memiliki langit, yang memiliki bumi beserta isinya
Tidak juga iya dapat aku kusangkal kuasa lebih dari apa – apa yang
dikehendakimu
Yang dapat tanpa dengan berkata jadi maka jadilah
Tapi bisakah kini kudatang dan keluhkan ini nasibmu yang kurasa derita
Tentang tragedi, tentang cerita ada lagi yang mati
Tapi bisakah kini kudapatkan kuyakiniku akan ini hati yang merindu
damaimu
Tentang tak harus ada luka, tentang tak harus ada duka
Dipelataran rumahmu aku gelisah dan takut melangkah maju
Dialtar persembahanmu aku takut kehabisan waktu
Dimana lagi tempat aku pulang, dimana lagi tenpat aku berlindung
Ketika damai rumahmu terusik ledakan
Ketika amis darah membungkus dinding – dinding pertobatan
Aku hamba yang mencintimu lebih dari apapun
Yang hanya bisa bisu, bisa marah lalu menangis sesegukan mengusap
ketakutan
Manusia – manusia kini diliputi amarah
Saling adu kekuatan, saling mencari pembenaaran
Aku hamba yang takut kehilanganmu lebih dari apapun
Yang takut kehilangan pegangan, lelah menggugat lalu hidup dalam
kekosongan
Manusia – manusia kini kehabisan air mata
Saling adu kebingungan, saling mencari kebenaran
Kini biar Ijinkan aku datang dan bercerita ini nasibmu yang kurasa
siksa
Kini biar ijinkan aku memelukmu dalam nama apapun
Aku mencintaimu tanpa derita dan siksa
Aku mencintaimu dalam damai dihati
Tuhaaaaan …. awas Tuhan
“mereka”
menaruh bom dirumahmu
Tuhaaaaan …. Awas Tuhan
“ mereka “ meneror atas nama kehendakmu
1 komentar:
like this post..
thanx 4 the great poetry..
Be blessed...
Ad Agusta Per Angusta...
Posting Komentar