Perempuan Malam

dalam malam kelam, engkau duduk muram. anak-anakmu menangis seperti hendak berziarah ke makam, lalu marabahaya terus mengancam. jangan terpejam, berpesan engkau pada hati kecilmu dengan kejam. kertas buram, menunggu disulam. semakin sering dihantam, semakin sering mengecerkan logam.. tapi lampu-lampu padam, listrik sudah putus dengan bohlam. berlalu engkau dari duduk yang keram, pulang kerumah setelah adzan subuh menikam dan kamera wartawan menghujam.

"bila nanti ibu mati dirajam, bahagialah ibu sudah hidup jadi temaram" berbisik anak malam, mengusap-ngusap pipimu yang lebam. 

nasib jadi bungkam. sedih jadi haram.  

Refleksi Badati Damai: Leang Sayang Laeng, Leang Lia Laeng


Hujan deras yang sempat mengguyur kota Ambon pelan-pelan berubah jadi gerimis, pukul 19.15 WIT saya berhasil mendarat di Gong Perdamaian Dunia tempat akan berlangsungnya Refleksi “Badati Damai”. Meski hujan baru mereda, ternyata sudah banyak orang yang datang dan mempersiapkan acara yang sederhananya adalah medium “baku dapa” orang-orang yang menghendaki kehidupan damai di Maluku.

cinta mengajarkan aku ....


@hurufkecil: #cintamengajarkanaku pulang 

Dari Sebuah Tempat Yang Jauh

Dari tempat yang jauh
Dari waktu yang berbeda
Aku mengingatmu. Lemah
Aku rasa tubuhnku. Butuh segera bersua

Dari rumahku
Aku membayangkanmu yang berada dirumahmu
Memikirkan aku. Sama seperti aku memikirkanmu
Hanya sebatas pikiran. Kita tak dapat saling bercumbu

Aku sayang padamu
Lalu kau jawab: Aku juga sayang padamu
Pesan pendek tak pernah bisa berkesudahan
Terlalu pendek untuk mengungkap perasaan. Terlebih-lebih sebuah ciuman

Dari tempat yang jauh
Kita bicara. Sebentar saja
Karna sesudah itu hening. Marah
Pada jarak. keadaan yang menihilkan bahkan untuk sebuah pelukan yang biasa-biasa saja

Dari rumahku
Aku menulis puisi untukmu
Bicara padamu. Pada hatimu
Aku mencintaimu. Bahkan sudah lebih dari itu.

Batu Hitam Di Lapangan Hijau

Lalu sudah dia berdiri
Sudah berlari sekencancang-kencangnya
Meninggalkan genangan air mata, darah yang mengering. Menuju senyum kebanggaan orangt-orang di dusun
Dengan bola. Satu-satunya miliknya

Dari sebuah rumah sederhana, dimana ribuan bau bisa bercampur
Mata yang tajaam bisa lahir, menyala terag menghidupkan gelap
Tangan dan kaki yang kokoh. Anak-anak terbaik yang mematahkan ranting dan batu-batu tajam
Lawan terbaik kawanan babi hutan

Di bawah sorot lampuh dan teriakan yang pecah
Duka dari luka bisa diingat. Bisa pula dirawat
Hal-hal sederhana yang mengenangkan. Orang-orang mati tanpa batu nisan
Ditebus batu hitam yang jadi tumpuan ribuan haarapan

Sepetak tanah disamping rumah. Teman-teman kecil sepermainan
Tertinggal sudah jauh dibelakang
Hanya doa-doa yang melayang, menembus batas. Sesuatu yang tidak akan bisa dipandang
Hanya bisa dirasa.

Lalu lampu-lampu sudah padam
Suara-suara sudah mengabur
Batu hitam dilapangan hijauh tetap riuh. Sudah jauh ditinggalkannya rumah, juga gawang kecil disamping yang tiada lagi punya bintang. Bermimpilah dia
Dalam senyap yang tersisa. Kemenangan. 
Kemerdekaan. Batu-batu hitam ditanah yang hitam

Sepak Bola: Dari Rakyat, Untuk Rakyat

Bukan sesuatu yang berlebihan bila mengatakan selain bencana, sepak bola adalah hal lain yang dapat mengeratkan rasa persaudaraan dan kebangsaan bangsa Indonesia. Lautan manusia, sorak-sorai, dukungan semangat dan doa yang mengalir kencang untuk tim sepak bola kita di final malam ini adalah satu lagi bukti dari pendapat tersebut. Sepak bola sebagai sesuatu yang bernilai penting memang bukan baru terjadi malam ini, sepak bola adalah sesuatu yang masih “benar-benar” milik rakyat, masih benar-benar bisa melambungkan harapan setiap orang setinggi-tingginya dan yang terpenting hasil dari setiap pertandingan, apapun itu adalah milik semua rakyat Indonesia.

Tentang Sebuah Kentut di Ambon

Siapa tak tak mengenal kentut. Kecil memang
Tapi itu hanya nampaknya
Sebuah kentut mengamalkan pribahasa kecil-kecil cabe rawit
Abis dikentut bisa jadi harus dirawat

Sebuah kentut dalam sejarah peradaban manusia memang sering jadi pemicu
Perdebatan, adu mulut sampai adu parang
Pertikaian. Bahkan mungkin sejenis perang saudara
Dimana harga diri ditegakkan jadi umbul-umbulnya

Sebuah kentut kadang bisa disamakan dengan retorika politik
Tajam baunya, tak tampak wujudnya
Seribu kali dicari, seribu kali kecewa. Alih-alih menunggu
Buahnya bisa jadi cuma kesal, geram dan sakit hati

Sebuah kentut dalam dunia medis dapat divonis berbahaya
Dikategorikan racun karena berasal dari jenis makanan yang berbahaya
iri hati, dengki dan hal-hal picik lainnya
Tidak butuh banyak. Satu dua kali “proot” pasti kritis

Lalu…
Apa hubungan sebuah kentut dengan Ambon
Bukankah sebuah kentut ada dimana-mana, dikota manapun
Jawabannya adalah iya. Iya di ambon kentut bisa jadi sesuatu. Datang dari satu pantat dan dihembuskan ke seantero negri dan membuat orang-orang mabuk

Di kota ambon yang kecil, sebuah kentut bisa nyaring terdengar
Membahana disegala penjuru
Menggema dari ujung ke ujung
Memancing perhatian semua orang

Di kota ambon yang orang-orangnya gemar berkumpul, sebuah kentut bisa jadi sebuah perdebatan
Didebatkan beramai-ramai, dijinjing kemana-mana
Jadi bahan gunjing. tak habis dimakan waktu
Apalagi berubah jadi sepatu ataupun batu

Di kota ambon yang lebih mirip kampung, sebuah kentut bisa dikepung
Dijadikan menu utama yang diserubu seluruh negeri
Umpan yang dikerumuni ribuan ikan di laut
Macam mantra yang bisa turunkan moyang-moyang dari bukit-bukit

Lalu…
Bisakah manusia berperang melawan sebuah kentut yang katanya adalah kodrat
Bisakah orang-orang menyelamatkan ambon dari ancaman sebuah kentut
Jawabannya tanyakan pada angin yang berhembus dipesisir. yang tak pernah menyelipkan sisir di saku belakang atau berlagak pilon tidak punya bulpen untuk tanda tangan.




Katong Seng Tako (Melawan Teror)

foto almascatie: pattimura muda
Gerakan-gerakan besar didunia yang mendorong perubahan pada prinsipnya adalah gerakan-gerakan yang menutut perbaikan. Ketidak sesuaian antara harapan dan kenyataan pada kenyataannya selalu menjadi alat tekan, landasan bersikap untuk melakukan sebuah upaya. Gerakan perubahan adakah sebuah keniscayaan karena dalam pandangan apapun, sebuah perbaikan adalah nilai yang penting untuk mencapai tingkatan-tingkatan tertentu. Secara umum, sebuah gerakan mendorong perubahan—sebuah gerakan yang menuntut perbaikan bermuara pada cita-cita paling sederhana dalam kehidupan manusia yaitu kesejahteraan.

Hari apa ini ?

Orang-orang yang memilih berjalan di lorong gelap hari
Masih diawasi. Tiada beda dengan tahun-tahun sebelumnya
Sedang orang-orang yang mengendap-ngendap  sendiri dalam keramaian hari ini
Tidak lagi dianggap sesuatu yang aneh. Berubah menjadi sebuah aliran, sebuah ajaran

Koran-koran sudah tidak dipercaya
Begitupula televisi dan radio
Berita-berita lebih dianggap karangan indah berisi kebohongan
Lalu orang-orang lebih percaya pada desas desus ketimbang apa yang diketahuinya sendiri

Orang-orang yang memilih berteriak merdeka di lorong gelap hari ini
Masih terus dimata-matai. Salah-salah dianggap pengacau, salah-salah dihakimi keadaan
Sedang orang-orang yang menyanyikan lagu cinta palsu di panggung hiburan hari ini
Tidak lagi dianggap sebagai penipu. Sebab semua terdengar baik, laksana nabi yang membawa kebenaran dari langit

Zaman berubah. Manusia-manusiapun berubah. Jadi pongah
Dalam kepongahannya manusia jadi lebih suka berdebat, jadi lebih suka baku hantam
Tanpa jalan keluar yang sepenuhnya dikembalikan sebagai hak tuhan
Kebenaran kini duduk bersanding dengan kesejahteraan. Menjadi barang mahal. Semisal mimpi basah dibawah kolong jembatan penyebrangan

Orang-orang yang memilih marah di dalam lorong hari ini
Masih diintimidasi. Dianggap musuh dan harus dimatikan
Sedang orang-orang yang berbaik-baik diruang hampa hari ini
Tidak lagi dianggap sesuatu yang sia-sia. Banyak orang seperti beradu melakukan satu hal yang sama

Kebaikan, hal-hal sederhana
Hal-hal kecil seperti air susu ibu dimasa kanak-kanak kini naik harganya
Bukan karena tingginya permintaan
Tetapi karena sudah langka dan dimusiumkan. Sesekali saja dipajang dipigura untuk dipertontonkan untuk kepentingan meriahnya sebuah arena pertunjukan

Orang-orang yang berlari mengejar bayangannya didalam lorong hari ini
Masih dikebiri, dianggap hidup dijaman jahiliya dan tidak mampu mengupgrade kehidupannya
Sedang orang-orang yang berteriak-teriak kemanusiaan dari kamar gelap
Sudah tidak dianggap lagi seuatu yang kosong. Karena bisa jadi artis, dibayar berjuta-juta dan semua orang ingin naik kelas yang sama

Orang-orang yang berguru hal-hal baik didalam lorong hari ini
Yang percaya tentang perbaikan harus dimulai dari hal-hal kecil didalam diri
Sungguh tidak lagi lebih baik dari orang-orang yang mengharamkan palu arit dalam gambar tapi menjadikannya mainan kunci seribu pintu
Mimpi-mimpi kebaikan dijual murah dan semuanya nampak jadi lebih baik.

Orang-orang hari ini.
Hari apa ini ?



Perempuan Indonesia

Tulang-tulang yang busuk

Hampir malam, ketika itu. Aku tidur direrumputan. Menyibak ilalang. Memperbaiki bayang-bayang. Lalu datang bau tajam. Menusuk dari bawah, mendesak naik lalu memenuhi udara. Tulang-tulang penuh darah, keluar mencari makan—menembus kulit.

Amis, aku mencium amis. Amis yang datang dari tubuhku sendiri. Lalu aku bingung, berusaha mengajaknya bicara. “Tulang-tulang mengapa?” tapi tulang-tulang diam tak punya suara. “tulang-tulang ada apa? Tulang-tulang tetap tak menjawab, tetap keluar—tetap kemana-mana.

Tulang-tulangku. Masihkah jadi tulang-tulangku. Mengapa tak bicara padaku. Mengapa pergi meninggalkan aku.

Sebelum aku terbaring disini. Jauh sebelum jasadku lahir. Jauh sebelum tulang-tulang berdarah-darah menembus kulit. Di langit, tulang-tulang pernah dijanji. “kelak sekalian dari kamu—wahai tulang-tulang rusuk akan dipertemukan kembali. Membayar rindu, selamanya hidup bersama”.

Tidak ada air mata, tulang-tulang tidak pernah punya air mata. Tulang-tulang pula tidak pernah punya pilihan. Hanya bisa menerima. Lalu bila ternyata tulang-tulang rusuk tidak dipertemukan kembali. Tulang-tulang akan busuk. Akan keluar membayar rindu, masuk ketanah mencari pasangannya yang tertimbun tanah merah yang masih basah.

Lalu kini aku menangis. Menyaksikan tulang-tulangku keluar. Menjadi bukan tulang-tulangku. Mencari tubuhmu. Mencarimu yang mati membawa pergi keinginanku, harapanku dan semua pakaian yang masih membungkus urat kemaluanku untuk tidak menjadi gila karena terlalu lama berjarak darimu. Tuhan mungkin punya rencana lain, tapi tulang-tulang rusukku  memilihmu. Sudah keluar, berdarah-darah menuju rumah barumu yang basah dengan air hantaran dan air mataku yang jatuh mengalir membelah lautan. Aku menangis, melepas tulang-tulang rusukku busuk ditelan kerinduan.

Tulang-tulang rusukku adalah tulang-tulang rusukmu. Begitupun begitu.


Bulan Yang Tenggelam Di Piring

Aku dengar orang-orang ribut
Aku lihat sekelompok mahasiswa dikejar-kejar keparat
Di televisi. Orang-orang berselisih pendapat
Mendebatkan hal-hal. Ikhtiar merebut sebelum direbut.

Lalu aku dengar angin berhembus
Membungkus nyilu dari kesunyian yang kian hari kian membius
Di balik nyiru dua ekor serangga bersenggama
Aku ingin kembali bicara perihal cinta

Di depan pintu kamarku. Di Ambon
Aku duduk dan memandang langit malam yang warnanya biru
Melihat bulan dengan mata telanjang. bulat-bulat minta ditikam di ulu
Sebuah piring kosong berisi air dihadapanku berubah jadi bulan. Bisa dimakan.

Aku ingin kau mendengarku
Sama seperti aku mendengar bunyi angin, juga orang-orang yang ribut
Aku ingin kau melihatku
Sama seperti aku melihat bulan yang sandra perasaan yang begini keparat

Pada piring dimana bulan tenggelam aku bicara
Sayang, aku telah belajar mencintaimu sejauh ini
Maka jangan pasung aku dalam amarah sebab aku sekarang cuma bisa rasa
Bicara pada bulan. Aku mencintaimu: hingga sabar menanti begini.

---

Perempuan yang Menanak Cinta didalam Dadanya

perempuan yang memendam rindu dalam malam
telah menanak cinta didalam dadanya
kesunyian bagai bohlam-bohlam
pijar cahayanya menusuk dari mana-mana

di bangku tengah rumah ia terduduk
diatas tiap lembar kulit yang pelan-pelan mengelupas ia berdoa
hidup ternyata derita: bahkan setelah nyawa berani digadai diujung badik
waktu sudah jauh, ingatan-ingatan sudah mengabur: semua sudah dilupa

di meja dekat bangku ia tertunduk
ditulisnya duka di atas selembar surat
anak laki-lakinya mati: suaminya hilang tiada kabar, tiada suara
lalu keinginan sudah tua, harapan-harapan sudah usang: dirinya sudah belajar melupa

perempuan yang memadu sepi 
sambil menyulam selimut untuk dirinya sendiri
berkata: masa depan oh masa depan, beri tanda bahaya
orang-orang jahat masih berkeliaran. mereka menebar racun, memaksa kuasa dengan paksa

api amarah padam
tulang sudah remuk redam
keberanian telah digugat tragedi silam
yang tersisa cuma doa yang mengiklaskan dendam: tetap rapi tersimpan 


---
untuk perempuan-perempuan yang ditakut-takuti masa lalu. sejarah bangsa adalah sejarah penindasan.

SMS Komodo Untuk Sapi dan Kambing Kurban

Bunyi petas petus petasan sudah berkurang. Cuma tinggal satu dua saja
Tapi takbir masih berbunyi keras tanda pesta persiapan belum selesai
Sapi-sapi dan kambing-kambing yang tidak pernah harus mandi itu sedang lepas pisah
Mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang berjasa

Sapi-sapi dan kambing-kambing tahu takdir mereka
Hanya butuh hidup sehat dan sabar menjelang takdir ditangan tukang jagal
Entah untuk dijual lalu dibeli dijadikan rendang
Atau dipotong-potong kecil-kecil lalu dibagikan pada kaum yang fakir

Sapi-sapi dan kambing-kambing tahu nasib mereka
Hanya butuh jadi manfaat semasa hidup dan sesudah mati
Kadang mungkin rasanya mereka yang lebih layak menyombongkan diri
Bisa jadi manfaat ketimbang manusia yang hanya bisa bikin onar

Disela-sela pesta perpisahan seekor sapi mendadak lemas dipojokan
Rasa nyilu merambat dari kaki hingga perut, hingga kepala hingga matanya kunang-kunang
Ada apa sayang ? Tanya seekor sapi lain dengan seribu tanda tanya dikepala
Kematian tidak akan pernah memisahkan kita. Sapi itu berkata lagi

Sapi yang terkulai lemas itu menggeleng
Melihat disekitarnya telah berkerumun sapi-sapi dan kambing-kambing lain
Jangan cemas padaku. Ujar sapi yang baru saja hampir dikasihi itu
Ini tentang pesan ini, tambah sapi sambil menyodorkan handphonenya

Bunuh saja aku.
Penggal kepalaku
Kuliti kulitku
Rebus dagingku
Hidangkan aku dimeja makan orang-orang yang rakus itu
Biar mereka puas. maka begitu ijinkankanlah aku ikut dikurbankan bersama kalian

Pesan singkat satu rupiah itu datang dari komodo
Komodo yang frustasi karna diputar dimeja pemodal
Tiba-tiba semua menitikan satu tetes air mata
Satu tetes air mata untuk menolak satu rupiah yang membuat komodo dibully habis habisan

Andai saja nabi sulaiman masih hidup
Mungkin sekarang sudah direbutnya toa masjid untuk sekedar bicara
Tuan-tuan dengar tuan
Komodo minta disembelih besok. Bersama sapi dan kambing-kambing yang akan bertemu dengan tuhannya

Aku Mendengarmu: Sunyi

Aku mendengarmu bicara banyak
Tentang perjumpaan, tentang perpisahan
Tentang bunyi-bunyi air yang kadang tak sempat direkam daun-daun
Aku mendengarmu bicara rupa-rupa
Tentang kebahagian, tentang kesedihan
Tentang langit jingga yang kadang terlalu cepat berubah menjadi malam

Aku mendengarmu
Meski engkau tak pernah bicara padaku. aku dengar
Aku dengar tawamu yang pecah. yang membuat semua orang menoleh kearahmu
Aku dengar tangismu yang luruh. yang membuat semua bahu tertuju padamu

Aku dengar. Aku dengar semuanya
Aku dengar sampai akhirnya engkau tak lagi berkata apa-apa
Aku dengar. Aku dengar semuanya
Aku dengar sampai akhirnya tiada lagi suara-suara

Engkau mati ditikam kata-katamu
Engkau mati ditelan mimpi-mimpimu
Aku dengar. Aku dengar mulutku berkata amin
Tapi setan dikepalamu tak butuh amin

Aku tak punya madu
Maka begitu aku tak bisa engkau hisap
Aku tak bisa engkau makan hidup-hidup
Maka engkau tak pernah bicara padaku
Tapi aku tetap mendengar
Sampai akhirnya engkau mati.
--- sunyi

Jakarta Hujan

untuk sebuah kota yang ramai. jakarta
hujan adalah rindu. solusi sekaligus masalah
kebanyakan orang menepi
lalu kebanyakan lagi yang lain tetap berada dijalan. terjebak

siapa yang akan pedulu siapa
padahal tubuh sudah saling himpit-himpitan. mengutuk atau bahkan menikmati hal yang sama
ada senyum malu-malu
meminta api. membakar diri demi sebuah rasa. hangat

untuk sebuah kota yang ramai. jakarta
hujan adalah ribuan musafir yang tersesat dan mengalihkan perhatian
kebanyakan orang enggan bersalaman. atau bahkan hanya untuk sekedar tegur sapa
lalu kebanyakan yang lain rela telanjang bersama. saling meraba.

apa yang lebih penting dari pertanyaan apa-apa
bahkan ketika pikiran dan ingatan disusupi perihal yang sama. kenang mengenangkan
ada senyum-senyum sendiri
bila itu rasa sudah larut dalam dingin. tidak tahu akan dibawa kemana

untuk sebuah kota yang ramai. jakarta
hujan adalah parade kemanusian. ritual mandi bersih yang bebas dipilih atau tidak
perag kelas nampak jelas. memasang taring dengan rupa-rupa bunyi mengabur yang nyaring ditelan gemuruh
lalu orang-orang sadar. hidup yang retak hanya milik manusia
     larut. hanyut. dalam hujan. 
     jakarta

---
beberapa hari lalu (setelah hujan), Oktober 2011