Mom, I wanna grow old with you.

foto: nico wijaya

Bagi saya setiap hari adalah hari ibu, mereka bangun lebih pagi dan melakukan segalanya lebih dulu dari siapapun. bagi saya setiap hari adalah hari ibu, hari untuk mereka yang tidurnya paling akhir karena selalu saja ada yang mereka fikirkan. Saya yakin bagi siapapun, setiap hari adalah hari untuk menyayangi ibu—menyayangi mereka perempuan – perempuan luar biasa yang selalu dekat dengan kasih sayang dan diberkahi kasih Tuhan karena amalnya mempertinggi derajat mereka.

Ibu saya adalah satu ibu dari sekian banyak ibu di dunia. Bagi siapapun ibunya pasti adalah ibu terbaik baginya, begitu juga dengan saya. Ibu saya adalah sosok pribadi yang lebih sering diam dan membalas banyak hal hanya dengan senyuman. Ibu saya adalah orang tua seperti kebanyakan orang tua lainnya yang menyayangi anak – anaknya dengan rela menggorbankan apapun yang dimilikinya demi memenuhi keinginan anak – anaknya. Ibu saya adalah sama dengan ibu – ibu lainnya. perempuan biasa yang berubah menjadi luar biasa tepat ketika dirinya mengemban status sebagai seorang ibu, dalam sebuah pemahaman yang sederhana bagi saya tidak akan pernah ada ibu bila tidak ada anak. Anak adalah alasan seorang perempuan biasa berubah menjadi luar biasa, anak adalah alasan mereka yang tadinya disebut lemah menjadi luar biasa hebat. Anak adalah alas an, begitupun sebaliknya bagi seorang anak ibu seharusnya adalah alas an terbesar mereka untuk hidup.

Dekat rasanya dalam ingatan ketika menunggu ibu mengantri air untuk mengisi bak mandi dan tempat air minum. Dijinjingnya ember berisi air dengan penuh tenaga, seakan – akan baginya hal tersebut adalah hal biasa – biasa saja yang dapat dilakukan siapa saja sedangkan saya hanya ditempatkan didepan pintu dengan berseragam rapi karena sehabis itu akan dihantarkannya ke sekolah. Ketika larut malam semasa kecil saya selalu ditidurkannya dengan lagu dan nyanyian, saya tahu dia ingin saya selalu cepat tertidur karena setelah itu tumpukan adonan roti harus dikerjakannya untuk menyiapkan dagangan untuk besok harinya. Bagi saya ibu saya adalah juara, adalah pahlawan dan sayapun ingin menjadi juara serta pahlawan baginya.
Pulahan tahun sudah rasanya saya hidup dan ibu tetap menjadi makhluk termulia yang setiap pagi dengan sabar membangunkan, menyiapakan makan—minum lalu berangkat pagi – pagi menuju warung. Ibu adalah perempuan perkasa, pernah saya merasa sangat kurang ajar, mengecewakan dan sudah tidak terhitung berapa kali dalam hidup saya membuatnya menangis. Ibu adalah perempuan hebat karena selalu mampu memaafkan kesalahan yang dibuat bahkan dalam satu kerjapan matanya.

Ibu adalah impian terbesar saya dan tentu begitu pula dengan banyak anak lainnya. Membahagaiakannya adalah cita – cita terbaik dan membuatnya berlisan bangga adalah harapan terbesar yang saya miliki. Berurai air mata rasanya mengingat keringat, darah dan air mata yang sudah tercurah oleh seorang ibu selama ini demi menghidupi anak – anaknya. Ibu bukan manusia digaris belakang, bukan warga kelas dua karena sebaliknya ibu adalah petarung digaris depan, warga kelas satu bahkan tidak lagi ada kelas baginya karena segala ujian telah mampu diselesaikannya.

Kata pepatah surga dibawah telapak kaki ibu, kata lagu tak akan ada yang mampu membalas ibu dan kata saya ibu adalah segala apapun yang dibutuhkan seorang anak untuk bisa hidup. Maafkan setiap salah yang terjadi setiap waktu dan semoga rahmat tercurah tulus selalu untuk ibu.

Selamat Hari Ibu, untuk semua ibu.
Mom, I wanna grow old with you.

Garuda, Indonesia dan Semangat bola kaki

Indonesia, kita pasti lelah saling menggunjing
Indonesia, kita juga pasti lelah saling menuding
Terlalu banyak kritik karena memang terlampau banyak yang harus dikritisi
Namun begitulah keniscayaan mengapa kita harus tetap satu sampai mati

Indonesia kemarin kita mungkin hanya punya bulu
Yang ditangkis oleh satu atau dua orang saja
Tapi kini kita kembali punya bola yang digiring ke hilir dari hulu
Bukan oleh satu atau dua orang saja tapi oleh sebelas orang pasukan berlencana garuda

Indonesia, kita adalah  pemenang
Karena bilapun kalah kita akan tetap semangat berteriak menang
Biar saja PSSI dan rentetan kebijakan Negara menjadi polemik
Dilapangan hijau kumandang Indonesia Raya tulus terberi tanpa iming – iming janji politik

Giring bola dan sarangkan ke gawang lawan
Beri lompatan tertinggi lalu larutlah dalam peluk manis penuh kebanggaan
Tiap tetes keringat dan air mata kita bersaksi pada kesucian merah putih
Mari dekat, kita satu ikatan. Satu lompatan, satu suara, satu semangat Indonesia utuh

Indonesia, kita pasti sudah lama menanti saat – saat seperti ini
Indonesia, kita pasti sudah lama merindukan kegaduhan – kegaduhan seperti ini
Saat seluruh rakyatmu datang dari segala penjuru, riuh gaduh menerikan semangat untukmu
Karena begitulah seharusnya setiap waktu kita berdesis “Indonesia, garuda kubanggakan”

Luruskan pandangan dan hatimu selurus mata garuda
Lantang suara jadikan Indonesia juara
Doa tak putus – putus menggelinding terbungkus semangat bola kaki
Indonesia satu, semangat tak akan pernah pupus. Kita satu sampai mati  
  ---
Iphank dewe
Ambon. 16 Desember 2010

satu gambar, satu cerita: satu cinta

; i love you :)

RATNA SARUMPAET : " ... SAATNYA RAKYAT INDONESIA BELAJAR DARI MALUKU "



Judul diatas adalah pernyataan Kak Ratna Sarumpaet; seniman, sutradara, aktivis sekaligus penulis kenamaan Indonesia yang baru saja melahirkan Karya Novelnya Maluku Kobaran Cintaku 10 Desember kemarin bertepatan dengan hari peringatan HAM Internasioanl di Ambon pada sebuah liputan Infotaiment.

Novel tersebut adalah sebuah proyek idealis yang mengkolaborasikan cinta sebagai bahasa universal dan peristiwa konflik kemanusian Maluku tahun 1999 yang sangat monumental sebagai tanda sekaligus bukti pernah terjadinya keruntuhan peradaaban “basudara” di Maluku. karya fiksi tersebut membungkus sekelumit isu baik lokal, nasional maupun internasional beserta solusi - solusi ideal untuk mampu memperbaiki atau membangun kembali tatanan yang sempat terkoyak serta sebagai bentuk gugatan terhadap peristiwa - peristiwa aktual yang terjadi belakangan ini dimasyarakat seperti rentannya isu agama, peran aktif generasi muda sebagai agent of change, hubungan pusat dan daerah, propinsi kepualauan dan lain sebagainya.
karya fiksi yang didasarkan pada aspek sejarah, budaya, sosial-kemasyarakatan dan peristiwa - peristiwa faktual yang otentik di Maluku tersebut adalah sebuah inti sari pemikiran tentang betapa pentingnya penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia. dari sekian diskusi panjang selama satu satu setengah tahun proses pembuatan Novel tersebut, saya secara pribadi menemukan sebuah substansi pokok bahwa di Indonesia ini hanya dibutuhkan orang - orang Jujur yang ikhlas dan penuh dedikasi menyaruakan kebenaran seperti yang dilakukan kaa Ratna Sarumpaet.



Bagi Kak RS, Rakyat Indonesia kiranya harus belajar dari peristiwa yang terjadi di Maluku. tatanan masyarakat harusnya senantiasa dijaga dari segala macam gangguan yang ada dan pemerintah pusat harus melihat segala yang terjadi di daerah secara serius bukan kemudian menjadikannya sebagai “sesuatu” yang bisa diproyekan. Maluku Kobaran Cintaku, bagi saya adalah bukti dedikasi bersama bahwa kedamaian dimuka bumi adalah tanggung jawab semua orang dan hal terbaik adalah belajar dari tiap peristiwa.
terakhir, angkat topi dan beri hormat bagi mereka yang peduli terhadap realitas sosial yang terjadi di daerah yang bahkan jauh berada di Timur Indonesia.

Indonesia (pasti akan) lebih baik. 

BAGIAN - BAGIAN YANG INSPIRATIF DARI MEREKA YANG PENUH INSPIRASI





LAUNCHING NOVEL RATNA SARUMPAET "MALUKU KOBARAN CINTAKU"
DI AMBON 10 DESEMBER 2010
BERTEPATAN DENGAN HARI PENEGAKAN HAM INTERNASIONAL.
(sebuah dedikasi dari mereka yang peduli....)

NASIONALISME SEPAK BOLA



Saya melompat paling tinggi ketika bola bersarang di gawang Thailand
Saya berteriak paling lantang "Indonesia pasti menang"
Saya bernyanyi paling semangat Garuda di dadaku
dan saya yakin sungguh banyak orang melakukannya tanpa diminta.

Sebagai seseorang yang tidak terlalu tergila-gila dengan sepak bola, bagi saya laga Indonesia vs Thailand dan beberapa laga Indonesia sebelumnya melawan Malaysia dan Laos di AFF adalah laga terbaik yang pernah saya saksikan. Terlepas dari hasil maksimal setiap pertandingan ketika Timnas Indonesia selalu mampu mempecundangi lawan-lawannya dan mengukuhkan diri sebagai tim yang selalu menang hingga putaran kedua ajang tersebut, sepak bola adalah salah satu alat paling ideal untuk mempersatukan bangsa Indonesia.

Masih hangat benar di ingatan, perhelatan akbar World Cup yang baru saja berlalu ketika seluruh masyarakat dunia larut di dalamnya merasakan gegap gempita dan panasnya atmosfir di setiap pertandingan. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan bendera-bendera negara peserta piala dunia tersebar di jalan-jalan di berbagai negara termasuk di Indonesia. Sepak bola adalah sebuah fenomena, dapat dimainkan siapa saja, di mana saja dan seakan-akan hadir sebagai sebuah kebutuhan manusiawi.

Sejujurnya sebelum laga Indonesia membantai habis Malaysia, saya bukan seseorang yang mengikuti perkembangan Timnas, sebuah kemujuran artinya mampu menyaksikan pertandingan bersejarah tersebut. komentar-komentar dari para komentator pertandingan membuat saya yakin bahwa Timnas Indonesia mengalami perkembangan yang sangat signifikan dan ini dikarenakan oleh sistem pelatihan yang baik, rekrutmen yang ideal, dan tentunya mentalitas yang semakin baik saja. Melawan Malaysia, Indonesia sempat ketinggalan satu gol begitupun yang terjadi semalam melawan Thailand. Indonesia selalu berhasil bangkit dan keluar dari serangan lawan dan membalikkan keadaan. Bukankah itu menawan? Mental kesatria garuda terbukti menjadi lebih baik.

Semakin baiknya permainan Tim Nasional Indonesia sudah tentunya menjadi prestasi tersendiri seperti halnya ketika berhasil mencegat langkah Thailand ke babak selanjutnya tadi malam. Sebuah tontonan yang memikat tentu saja ketika pada setiap pertandingannya Timnas mampu tampil membanggakan. Bintang-bintang baru dan muda bertaburan di lapangan, sorak-sorai pendukung menghentak di seantero stadion, doa jutaan rakyat mengalir mengiri jalannya setiap pertandingan.

Sebagai sebuah olah raga yang menjangkau semua kalangan, sepak bola kiranya dapat menjadi alat perekat kebangsaan. Nasionalisme memang selalu akan disertai pertanyaan, atas alasan apa seseorang atau sekelompak orang mencintai negaranya. Bagi Indonesia, akan ada banyak sekali jawaban untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun, betapa akan lebih menawan apabila sepak bola pun mampu menjelma menjadi alat perekat rasa cinta pada negara. Tak ada yang meminta saya melompat tinggi, tak ada yang minta saya berteriak dan tak ada yang meminta saya bernyanyi, semua terjadi begitu saja seperti semangat yang simultan menyebar ke seantero jiwa raga. Saya yakin itu bukan hanya terjadi di rumah saya, tetapi di hampir seluruh rumah rakyat Indonesia, tempat-tempat nonton bareng, dan terlebih mereka yang menonton langsung di Gelora Bung Karno.

Indonesia sudah bosan kalah, begitu kurang lebih sebuah kalimat di Timeline Twitter tadi malam dan benar saja rakyat Indonesia butuh panutan-panutan baru dan bukan tidak tepat ketika figur-figur itu justru lahir dari mereka yang berjibaku di lapangan hijau untuk membanggakan negara, sebuah pendekatan yang jauh lebih ideal ketimbang diberikan untuk mereka yang terus menuai kritik karena berbuat tidak sesuai di pemerintahan.






Salam bangga untuk ksatria Garuda di Dada, doa besar untuk perjuangan panjang yang baru dimulai kembali dan sebuah seruan untuk bangsa Indonesia :

MARI KIBARKAN MERAH PUTIH
DI HALAMAN RUMAH KITA
SEBAGAI BUKTI BAHWA KITA BANGGA
INDONESIA 
PASTI JUARA
 ................
AMIN


S.A.K.T.I

"....... tapi sayangnya mereka tak beruntung karena 
tak berumur lama dengannya dan aku sudah mengetahui 
daftar dosa sejak lama tapi tetap saja memilih menutup mata " 

demikian sebuah kutipan cerpen yang baru saya posting di facebook. semalam seorang teman berkisah tentang seorang teman perempuannya yang menyimpan hati begitu lama kepada laki - laki yang ternyata juga adalah mantan pacar teman saya itu. sejujurnya keseluruhan cerita itu terlampau klasik dan populer, terlalu sering dan terlalu banyak terjadi tapi tetap saja saya tertarik. 


sebuah catatan pribadi memang bernilai subjektif untuk terlalu digeneralisasi tapi hati adalah bahasa universal dan semua orang mampu bisa dengan sangat mungkin melompati kedalamannya, membenam diri dipeluknya dan yang teristimewa menjadi manusiawi karena mau menikmati bagian - bagian kecil yang ternyata jika dihentikan mampu menjadi sebuah ledakan besar dikehidupan.


fiksi pendek itu saya beri judul "saya sadar saya gila. saya menunggu" dan penuh rasa saya dedikasikan untuk mereka yang menyimpan hati, menjaganya rapi dan tak pernah ingin berkata “cukup”. kata temanku kejadian yang dialami temannya sama seperti lagunya endah n rhesa - waiting tapi kata saya terlalu banyak kisah dan pengalaman manusia yang membuat akhirnya mereka memilih pilihan besar; menunggu

sebuah kenyataan perasaan. bagian wajar untuk disebut begitulah manusia akhirnya pantas disebut sakti meski tak ada lagi dewa - dewa - atau bahkan manusia setengah dewa..

 

PAKET DESEMBER


datang bersama desember sebuah paket. lusinan buku tulis baru, tinta gratisan, satu papan tulis dan semua adalah untuk satu kebutuhan manusiawi; BELAJAR. saya kembali punya rumah baru. rumah baru lagi lebih tepatnya. paket - paket itu datang mengisi ruang - ruang yang masih melompong bersama keinginan agar saya  lebih sering cemas, lebih sering berbagi tanya dan tentu lebih sering menulis. saya kembali dianugrahi rumah belajar menulis lagi; SEBUAH BLOG BARU.setelah lebih dari lima rumah sebelumnya dibuka, ditinggali lalu ditinggalkan.

ini desember, bulan penghujung manis tempat biasanya selalu bisa ada banyak cerita. selamat datang saya, buka pintu, jendela dan hati bercerita.

SELAMAT DATANG PAKET DESEMBER


.