:)

IDY.PIC
selalu ada rindu untuk #kamu
     to: adaraldila :)

Untuk Ira Dewi Yanti


pinjem gambarnya yaa ira :)

“ Kamu akan segera menikah ? “
“ Dari mana kamu tahu ? “
“ Kamu akan  segera menikah ? “ perempuan itu mengulang kembli pertanyaannya dengan datar dan pura – pura menyembunyikan tekanan
“ iya “ si laki – laki mengangguk “ Aku akan segera menikah “
---
Sudah sepuluh orang diajaknya mabuk tapi semuanya menolak, bukan karena tidak ingin tapi karena merasa aneh  bila harus mabuk dengannya. Dia terlalu kecil dengan catatan yang “terlalu” baik untuk berakhir dimeja bar. Diliriknya laki – laki yang sudah setengah jam dipunggunginya. Dibatinnya ingin sekali rasanya dia marah dengan dirinya sendiri, ingin sekali rasanya dia mengumpat karena belum juga bisa berkata cukup atas apa yang dimilikinya. Laki – laki yang dipunggunginya itu hanya berbalut jaket dan celana tidur, dia nampak sangat cemas  hingga membuatnya terburu – buru keluar seadanya.
Dirinya membatin lagi, mengapa bukan laki – laki yang dipunggungi saja yang diajaknya mabuk—bukankah bila mabuk dengannya seperti apapun habisnya akan lebih baik karena “dia” adalah pacarnya. Laki – laki itu tersenyum dan menyodorkan gelas, bukan bir tapi air putih. Dibukanya kantong berisi beberapa butir obat, bukan obat penenang tapi obat penurun panas. Laki – laki tahu dia sakit demam, bukan sakit hati.
---
“ di hidup ini akan selalu ada yang bisa kita miliki tapi sebaliknya juga selalu ada yang tidak akan pernanh kita miliki. Masa lalu biar menjadi masa lalu yang hanya harus cukup dengan dikenangkan dimasa depan karena turut serta membawanya dimasa depan hanya hanya akan memberatkan langkah bila tidak lagi bisa kita miliki seperti yang terjadi dimasa lalu. Masa lalupun pada akhirnya akan dan berhak memiliki masa depan maka dari itu bila waktunya tiba kita hanya harus ikhlas menerima. “
“ aku sudah memberi selamat untuknya. Aku rasa aku ikhlas “
“ yaa… kamu harus ikhlas, bukan rela “ laki – laki itu tersenyum
“ maaf. Aku ralat. Aku rela, belum ikhlas. “
“ okay… menurutku juga harusnya demikian “ laki – laki itu tersenyum lagi 
“ dengan memberi selamat aku pikir cukup. setelah ini jangan pernah mengusik atau merasa terusik atas apapun, kamu juga tidak sedang sendirian—syukuri laki – lakimu yang sekarang sebagai sebaik – baiknya pilihan dihidupmu maka dengan begitu kamu akan mampu bersikap ikhlas. Bersyukur itu awal dari keikhlasan dihidup manusia, kamu harus yakin itu.“

\(‘∆’)/
---
Ambon 24 Februari 2011 – 11.05. 
*untuk Ira dan BBM singkatnya. :)

MERAH


Aku ingin bersama para pengamen yang memainkan lagu America, The Beautiful ditepian sungai Neva
Pada sore yang terbungkus udara basah kota St. Petersburg
Baju mereka kumuh, tipis dan telalu biasa untuk betahan dalam cuaca dingin
Tapi mereka sudah disitu, datang dari rumah - rumah sekitar untuk menghabiskan waktu tanpa perayaan.

Aku ingin berdiri di lapangan merah kota Moskow untuk memperingati hikmat revolusi oktober
Meski siapapun sendirian tanpa siapapun
Meski tanpa pemimpin yang berdiri di pentas batu pualam merah yang didirikan diatas mauseleum Lenin
Meski juga tanpa semboyan - semboyan membahana tentang masyarakat tanpa kelas.

Konon orang - orang dikiri jalan sudah mati atau mungkin bagiku sengaja dimatikan atau mungkin sebagaian kecilnya begitu lalu sebagian besarnya berpindah kekanan
Kemakmuran dan kesejahteraan adalah utopis. Tak lebih dari sekedar slogan para birokrat untuk meniduri hak pemegang asli kedaulatan
Maka setiap hari adalah perjuangan
Entah untuk mereka yang bersujud di altar gereja atau untuk mereka yang berlari - lari dijalan sambil tidak takut berteriak merdeka

Tiap masa datang dengan mimpi
Masa baru juga datang dengan mimpi baru
Maka tidak ada yang salah untuk mereka yang senantiasa percaya mimpi
Walau hari ini merah dan besok menjadi putih
Walau hari ini hijau dan besok menjadi kuning
Perang kekuasaan masih akan terus sama

Aku ingin ada disana
Sendirian saja mengukur cerita - cerita para pemimpin perjuangan sipil menuju cita - cita yang diimpikan
Entah mereka yang berseragam atau hanya bersarung, palu dan arit
Entah mereka yang ditembak mati dilapangan banteng atau kini tua dan tak lagi bisa melihat Aurora yang tak lebih dari museum prasejarah. Satu tembakan peluru kosong meriam itu telah menandai lahirnya sejarah manusia
Dan kita disini sudah lupa tentang mereka - mereka yang terbuang, yang kalah tapi percayalah tidak pernah menyerah bahkan sampai ketika mereka mati dan tanpa pelayat

Aku ingin disana. Disimpang kiri dan melihat kekanan
Sambil terus belajar untuk bagaimana caranya menyebrang dan melawan
Tanpa harus hanyut dan mati tenggelam
Aku ingin disana, belajar kalah dan maklum bahwa hidup memang adalah pertarungan maka belajar dari sakit adalah baik
Ada yang bilang kegagalan manusia dalam berjuang menandakan kebesaran manusia yang sesungguhnya sebagai seorang manusia. Aku percaya.

Maka aku ingin berada disana
Dengan sakit untuk menjadi nilai
Dengan merah untuk mati dengan putih.
—-
Ambon, 25 Februari 2011 - 12.47am

kepada angkatan pendiri : Jejek - jejak merdeka

Temui aku di kampus
Diantara dudukku yang berhimpitan dengan gelas - gelas sisa minuman
Diantara ruang gerak yang senantiasa luas walau kita lebih sering berkerumun
Dikampus aku merasa tiada jarak, tiada batas

Temui aku di kampus setelah kuliah selesai
Setelah kampus sepi
Dimana suara - suara kita yang bergema tidak pernah menghadiahi sunyi
Dikampus aku merasa tidak ada mati - mati

Dibawah rindang pohon gombel
Nyanyian serasa merdu selalu mengundung rindu
Aku memberi senyum, kau berbalas tersenyum centil
Sapaan mesra yang tak pernah jemu ” hi kawan… Apa kabar bangsamu hari ini ? Aku sedih “

Pagi ini matahari bersinar malu - malu
Aku merasa tertipu dengan waktu
Kamu dan semua sudah pergi
Jaman memang harus berganti, masa bersama memang harus selesai
Dalam dingin wajah - wajah baru kutitip pesan: sampai kita berjumpa nanti.
—-
Ambon, 23 Februari 2011 - 11.20am (Gombel, kampus poka - Universitas Pattimura)
(kepada seorang kawan satu angkatan  O.Z.S Tihurua)

surat seorang teman korban konflik tentang belajar dari perbedaan



Ini adalah satu dari sekian surat yang dikirimkan seorang teman untuk untuk saya. Beberapa bulan sekali, 5 tahunan yang lalu saya selalu dikirimi surat oleh seorang teman kecil yang akhirnya diefakuasi pindah ke bau – bau Sulawesi tenggara setelah kehilangan kediaman, harta benda, keluargaa dan terlebih kedua orang tuanya saat konflik kemanusian yang terjadi satu dekade silam di Maluku. Teman saya tersebut selalu mengirimi surat yang isinya kurang lebih selalu sama, dia selalu bercerita tentang sakit, duka dan kesedihan yang dialaminya. Dia selalu meminta sayaa membaca surat – surat yang dikirimkannya dipusara kedua orang tuanya.

“ …luka itu perih. Menyayat sungguh karena kita memang tak tahu apa – apa. Tiba – tiba rumah dibakar, bapak dan ibu dibunuh dan saya dilarikan polisi ketempat pengunsiaan tanpa seorangpun yang saya kenal. Untuk siapa saya menangis saat itu sedang orang – orang, anak – anak dikiri dan kanan saya juga menangis. Rumah mereka dibakar, orang tua mereka mungkin juga mati dan atas nama perbedaan kita harus bisa bilang maklum dan berhenti menangis saat itu. “
---

Lama saya tidak dikirimi surat oleh teman kecil saya itu. Mungkin dia sudah lupa tapi saya lebih percaya bahwa dia sedang belajar menerima. Sudaah lima tahun dia menjadi pengungsi, beranjak dewasa dengan hidup yang dalam tebakan saya belum sepenuhnya jelas. Datang sebuah surat beberapa minggu lalu dan saya lega untuk bisa tersenyum karena tebakan saya terbantahkan. Teman saya itu sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir dan aktif menjadi aktifis kemanusiaan. Ini suratnya setelah tidak lagi mengirimkan saya suar kurang lebih 4 tahun.

Kawan, apa kabar ?
Langit hitam sudah tersapu meski duka masih terlalu sering datang. Mungkin duka memang akan selalu milik kita, seperti layaknya kita bersuka cita menerima kebahagia, dukapun harus kita perlakukan dengan cara yang sama. Saya harap kamu masih sering zIarah ke kubur orang tua saya, terima kasih untuk itu. Mungkin tahun ini saya akan pulang lagi ke Ambon, setidaknya untuk mengunjungi pusara orang tua saya.

Sebentar lagi saya jadi sarjana hukum, belakangan saya aktif di salah satu LSM yang bergerak untuk kemanusiaan. Hidup mengajarkan kita banyak hal, termasuk apa – apa yang sudah kita yakini sebagai keyakinan masa kecilpun senantiasa ternyata harus diuji dengan peristiwa. Saya percaya, lebih dari itu saya yakin bahwa peristiwa yang terjadi dalam hidup setiap manusia sudah digarisskan dan mengandung makna untuk hidup masing – masing manusia.

Dulu orang bunuh – bunuhan atas nama agama, padahal sebelumnya kita hidup berdampingan, apa kita memang mau saling bunuh – bunuhan ? saya tidak yakin, saya lebih yakin bahwa ayah saya orang baaik yang selalu bertegur sapa dengan siapa saja dan ibu saya juga adalah orang baik yang senantiasa membagi makanan yang dimasaknya dengan para tetangga. Perbedaan dijadikan alasan, konflik dijadikan alat dan kepentingan sekelompok orang menjadi halal untuk untuk diloloskan dengan merampas hak hidup-kedamaian orang lain

Ada satu bagian penting yang harus dijadikan pelajaran, bahwa peristiwa konflik yang terjadi atas nama perbedaan adalah benteng baru sejarah peradaban manusia masa datang, kita pernah jatuh, kita pernah sakit dan menringis kesakitan maka yang terbaik adalah sadar sungguh bahwa tidak ada yang salah dengan perbedaan karena perbedaan sejatinya adalah ciptaan tuhan yang maha esa.
Saya sudah ikhlas kawan, semua terjadi untuk dipahami-dipelajari sebagai pegangan hidup. Jangan lupaa ke gereja kawan, saya selalu mendoakanmu dan keluargamu dalam setiap sujudku siang dan malam.

Salam
Kawan, saudara

---
Perbedaan adalah fitrah, bersifat hak dan hakiki sebagai keyakjinan personal maka kita tidak akan pernah bisa “layak’ untuk menjadikannya alasan untuk saling “menyakiti”. kita hanya perlu hidup berserah dengan berjalan setiap harinya hingga tiba lagi matahari pagi dan hidup akan lebih baik dengan belajar menerima.

Tentang Pembebasan Bangsa


Air mata sudah jatuh, sudah kering
Semua orang sudah menangis
Yang tersisa kini adalah nada amarah yang tinggi melengking
Semua orang sudah menciumi amis

Masih manusiakah kita
Bila keyakinan yang tempatnya dibatin tiap manusia sudah bisa diusik manusia lain
Masih bertuhankan kita
Bila agama yang adalah jembatan menuju keselamatan sudah dirusak karena menjadi alat untuk menyakiti orang lain

Bulan sudah jatuh kemarin
Kemarin – kemarin juga orang – orang sudah kembali masuk gua dan menyalakan lilin – lilin kembali
Pesta langit dalam senja kala seperti kata penyair sudah tiada lagi
Hanya kabut – kabut hitam tebal yang menyelubungi, membungkus bau tanah yang menguap bersama darah segar yang tertumpah kemarin

Ini bukan tentang peristiwa ada yang mati
Sebab kematian adalah fitrah layaknya kelahiran dan rejeki
Ini syair tentang kecemasan yang keluar dari dalam hati
Tentang kematian yang kini lebih sering terdengar sebagai momok berita tragedy

Coba dengar
Ini doa seorang anak dipusara bapaknya
Yaa Tuhan… berkatilah orang tuaku disisimu, konon dia mati karena membela keyakinannya atas namamu
Coba dengar
Ini doa seorang Istri dalam sujud untuk keluarganya
Yaa tuhan… selamatkan suami dan anak – anakku dijalan yang engkau ridhoi, konon mereka sedang berjuang menegakan panji – panji atas namamu.

Lalu coba dengar juga
Ini doa para penjilat yang rakus menjilati selangkangan kekuasaan setelah selesai menyebut nama tuhan
Tuhan… ini aku tuhan. Ini aku, jadikanlah aku tuhan – tuhan kecil yang kuasanya jauh lebih nyata dari kuasamu
Mereka keparat, mereka memang selalu bahagia dan merasa cukup dengan terbahak bahak “ha ha ha “. Celaka keparat bagsat

Atas nama bangsa
Atas nama orang – orang yang bersaksi ditengah gunjangan peradaban dan menjadi kuat
Mari bersuara lantang
Bangsa…
Kita bernegara untuk bisa dilindungi, tapi kalau tidak untuk apa ?
Bangsa…
Kita musti berhenti berharap banyak bila ternyata kita diperlakukan tidak lebih dari ayam sabung yang dilepas lalu disoraki

kedamaian ada dihati
Harta berharga untuk menjaga laut, menjaga gunung, bukit – bukit juga pantai – pantai
Kedamaian ada didiri
Sebuah alasan untuk bersikukuh demi menjaga anak – anak negeri, generasi – generasi baru agar mata hatinya tidak buta, tidak mati

Titip salam untuk yang mulai dari sini
Keadilan adalah satu – satunya alasan kami menyatu sebagai satu kesatuan
Titip kasih dan sayang diseantero negeri
Jangan pernah mau mati sebagai tumbal politik atau bahkan atas nama takhayul kekuasaan

Satu hati, satu ingin
Mari kita angkat sumpah
Bila sakit bisa menyatukan kita, nikmati bersama demi kematian yang mulia
Bahwa karna hidup adalah perjuangan, maka kita akan harus selalu siap berdarah demi bisa bertemu hari esok
Selamat berjuangan demi keyakinan yang manis. Yakin saja Indonesia harus damai, yang tidak damai ijin kita bikin mati. Titik.

---
Ambon 8 Februari 2011
(dibacakan dalam aksi budaya menentang kekerasan “ suara damai dari timur untuk Indonesia “ di Monumen Perdamaian dunia – Ambon, Maluku)

Sebuah Cerita dari Rumah Beta : Malam pertama yang manis untuk perubahan menuju Indonesia yang lebih baik.

Ombak yang pecah ditembok pantai amahusu terasa manis sudah ketika bung Nicky Manuputty menghantarkan My Story ke telinga semua orang yang datang  dan membuka perjumpaan Rumah Beta malam ini. ini adalah malam pertama, kali pertama Rumah Beta: sebuah komunitas seni yang dipelopori Bung dibuka secara resmi untuk siapa saja yang mau menjadikan seni, budaya dan kreatifitas sebagai alat untuk terus bergerak melakukan hal - hal positif.

Rumah Beta adalah sebuah konsep, sebuah impian akan lahirnya sebuah wadah sebagai satu dari sekian solusi untuk menjawab segala keterbatasan yang ada di daerah.Bung Glenn adalah musisi yang berasal dari Ambon - Maluku sehingga Rumah Beta lahir Di Ambon dengan sebuah harapan sederhana untuk bisa menginspirasi banyak orang lain yang ada didaerah bahwa ternyata untuk menjawab segala keterbatasan yang ada didaerah, kita hanya harus berbuat. berhenti berbicara dan mulai terus melakukan hal - hal positif dengan memanfaatkan potensi daerah tersebut untuk menjadi terdepan. anak muda dan kreatifitas adalah salah satu potensi yang pasti dimiliki sehingga harus diwadahi.

Membuka lembaran Rumah Beta, Bung Nicky Manuputty seorang musisi saxophone asal Maluku yang lahir dan besar di Belanda dan sekarang sedang mempersiapkan Albumnya di daulat untuk menjadi pembuka. bersama tiga musisi lainnya, hadir pula penyanyi muda Matthew Sayersz yang eksis bersama BLP dan sedang mempersiapkan album solonya. malam menjadi manis dalam balutan kasih dan doa serta harapan untuk terus melakukan hal - hal positif untuk membangun generasi.

Perjumpaan dirumah beta malam ini bukan hanya sebuah pertunjukan musik biasa tapi lebih dari sekedar itu semua musisi yang hadir membagi cerita tentang bagaimana hingga mereka bisa menjadi musisi seperti sekarang. Bung Nicky bilang, lima tahun lalu beliau memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan menetap di Jakarta. tanpa banyak kenalan beliau berproses dan optimis bisa terus berkarya. sebuah semangat yang memang harus ditularkan. bung Matthew pun mengatakan hal yang sama bahwa musik baginya adalah sebuah pilihan hidup dan mengapa akhirnya dia memilih musik adalah karena musik baginya adalah sesuatu yang selalu jujur. sangat jujur lebih tepatnya.
.
Dalam balutan musik yang manis dan suasana kekeluargaan yang hangat, Rumah Beta memberi sebuah nuansa yang sangat istimewa untuk sebuah momentum perubahan dari akar paling bawah yaitu masyarakat. polarisasi hanya bisa berkomentar dan mengkritisi tanpa ada realisasi aksi untuk memnawab permasalah seperti pelan - pelan terpangkas. dalam sebuah pesan bung Glen bilang ini adalah langkah kecil yang baik untuk sesuatu yang lebih besar lagi akhirnya.

Rumah Beta akan terus  menyelenggarakan kegiatan kesenian secara berkelanjutan sebagai bagian dari campign semangat Ambon Bergerak yang dipelopori berbagai komunitas kreatifitas orang muda di Ambon. sebuah catatan penting malam ini adalah ternyata kita hanya harus bergerak melakukan segala hal positif untuk menjawab segala kekurangan yang ada. berhenti menunggu dan jadilah kekuatan bersama yang kuat untuk merubah segala hal yang tidak sesuai. saatnya orang muda berteriak lantang tentang perubahan dan kendaraannya sederhana; semangat, mimpi dan harapan untuk bisa lebih baik dari hari ini.

Malam pertama di Rumah Beta berakhir. sampai jumpa dimalam - malam selanjutnya.
foto - foto kegiatanya akan segera diposting, sekian sebuah cerita kecil malam ini.

Sebarkan terus semangat positif untuk mebangun kembali peradaban manusia yang mulai rusak karena hal - hal negatif seperti kekerasan dan lain sebagainya. salam dari timur.

dari Timur Indonesia, Ambon Bergerak. Mari kita bergerak bersama menuju Indonesia yang lebih baik. Amin.