Mengingat Chairil Anwar ?


Hari ini, 28 April 62 tahun yang lalu, telah mati secara jasad seorang sastrawan Indonesia yang besar dalam karya dan merecoki pikiran kita hingga saat ini karena gaya juga cerita hidupnya yang sangat bernilai. Adalah Chairil Anwar nama dari seniman kelahiran Sumatra Utara, 26 Juni 1922 yang dikenal dengan sebutan si binatang jalang lewat karyanya “Aku”. Chairil bersama Asrul Sani dan Rivai Apin dinobatkan oleh H.B Jassin sebagai pelopor Angkatan 45.

Masih pentingkah kita mengenal Chairil Anwar? Jawabannya tentu saja iya. Chairil adalah satu dari sekian banyak nama besar yang malang melintang di dunia sastra di Indonesia dan dianggap sebagai sastrawan pertama yang menyuarakan dalam karya-karyanya gaya baru yang kental dengan nuansa bebas merdeka. Puisi Chairil Anwar "Aku" dianggap fenomenal karena menjadi puisi pertama yang menggambarkan manusia-manusia baru setelah Indonesia merdeka, yang tidak terjajah dan bertuan, kecuali pada kehendak diri sendiri.

Chairil Anwar adalah manusia yang menempatkan kebebasan berekspresi dan berekspektasi terhadap situasi dan kondisi di atas persoalan-persoalan lain dalam hidupnya. Chairil dikenal urakan, tidak teratur, sering kekurangan uang dan sakit-sakitan. Mata Chairil selalu merah dan bagi kebanyakan orang menganggapnya menyeramkan. Chairil Anwar adalah gambaran manusia yang memandang “cukup” sebagai ukuran dalam hidupnya, dan tidak pernah berlebihan dalam hampir semua hal. Chairil menerjemahkan karya-karya sastra asing dan menulis puisi untuk menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Chairil Anwar adalah seorang besar yang tidak pernah bermimpi besar, Chairil Anwar juga seorang kaya yang tidak pernah menimbun hartanya tetapi melimpah sendirinya karena karya-karyanya yang justru besar dan dikenal dunia ketika dirinya sendiri tidak lagi hadir dalam rupa jasad manusia yang hidup. Chairil Anwar adalah sebuah batu tapal, pijakan kuat untuk menyuarakan suara-suara pembebasan, kemerdekaan berpikir dan berpandangan. Sebuah panutan ideal bagi kita yang mungkin kini sadar kehilangan nilai paling sederhana dalam kehidupan, yaitu kejujuran.

Tuhan,... Awas ada Bom di Rumah-MU


Tidak iya dapat kukeluhkan ini nasibku hanya selain padamu
Yang memiliki langit, yang memiliki bumi beserta isinya
Tidak juga iya dapat aku kusangkal kuasa lebih dari apa – apa yang dikehendakimu
Yang dapat tanpa dengan berkata jadi maka jadilah

Tapi bisakah kini kudatang dan keluhkan ini nasibmu yang kurasa derita
Tentang tragedi, tentang cerita ada lagi yang mati
Tapi bisakah kini kudapatkan kuyakiniku akan ini hati yang merindu damaimu
Tentang tak harus ada luka, tentang tak harus ada duka

Dipelataran rumahmu aku gelisah dan takut melangkah maju
Dialtar persembahanmu aku takut kehabisan waktu
Dimana lagi tempat aku pulang, dimana lagi tenpat aku berlindung
Ketika damai rumahmu terusik ledakan
Ketika amis darah membungkus dinding – dinding pertobatan

Aku hamba yang mencintimu lebih dari apapun
Yang hanya bisa bisu, bisa marah lalu menangis sesegukan mengusap ketakutan
Manusia – manusia kini diliputi amarah
Saling adu kekuatan, saling mencari pembenaaran
Aku hamba yang takut kehilanganmu lebih dari apapun
Yang takut kehilangan pegangan, lelah menggugat lalu hidup dalam kekosongan
Manusia – manusia kini kehabisan air mata
Saling adu kebingungan, saling mencari kebenaran

Kini biar Ijinkan aku datang dan bercerita ini nasibmu yang kurasa siksa
Kini biar ijinkan aku memelukmu dalam nama apapun
Aku mencintaimu tanpa derita dan siksa
Aku mencintaimu dalam damai dihati

Tuhaaaaan …. awas Tuhan
 “mereka” menaruh bom dirumahmu
Tuhaaaaan …. Awas Tuhan
“ mereka “ meneror atas nama kehendakmu

Atas Nama ( Moralitas dan Agama)

Film Atas Nama dimulai dengan rekam peristiwa runtuhnya rezim orde baru yang disertai narasi pembuka yang memikat tentang sakralnya kata perubahan yang dikumandangkan dihari – hari itu, tentang pekikan teriakan merdeka dan bebas yang seperti menemukan kembali maknanya yang utuh serta tentang hidupnya kembali masa depan yang lebih baik bagi banyak orang setelah sekian puluh tahun sebelumnya mati.

Film Atas Nama adalah sebuah catatan kritis, sebuah gugatan terhadap kesadaran semu bangsa Indonesia memandang realitas kepastian hukum atas Hak – hak warga Negara yang masih terus jauh dari apa yang dicita – citakan dan menjadi sebuah keharusan untuk dicapai. Perangkat Hukum konon dibuat untuk menciptakan keteraturan yang menempatkan perlindungan atas hak sebagai bagian yang ada didalamnya namun bagaimana ketika manusia akhirnya merasa dijebak atas nama penafsiran – penafsiran, dominasi – dominasi kelompk, perang ideologi dan keyakinan – keyakinan tertentu ? jawabannya adalah “ Negara Gagal “.

Dalam kurun waktu lima tahun pertama bergulirnya reformasi, penyempurnaan – penyempurnaan perangkat hukum mulai dari Undang – undang dasar hingga aturan perundang – undangan dibuat dan dititik beratkan pada upaya mengadopsi secara menyeluruh Hak Asasi Manusia sebagai ciri dari hukum modern. Diwaktu yang sama, konflik – konfik berlatar belakang Agama, Suku, Ras, Etnis dan Golongan terjadi seakan – akan sebagai sebuah ledakan atas potensi konflik yang telah mengendap lama. Pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang meledakannya ? Negara dalam atas situasi ini sudah tentu menjadi pihak yang dituntut tanggung jawabnya karena potensi konflik tersebutpun bisa dianggap tidak datang dari warga Negara melainkan diciptakan oleh otoritas tertentu memanfaatkan “perbedaan” yang sejatinya adalah sebuah kehendak penciptaan. Manusia yang sejak awal diciptakan berbangsa – bangsa, bersuku – suku, merdeka menentukan hak atas keyakinan beragama, bebas memilih golongan dengan macam isu yang mengakibatkan gesekan sosial tertentu lalu chaos dan disorientasipun terjadi.

Indonesia hari – hari ini memang sedang seperti “pemarah”, sebuah keadaan yang dikondisikan dimana setiap orang harus melindungi dirinya atas hak – hak yang dimilikinya sebagai seorang manusia dan sebagai seorang warga Negara. Film Atas Nama yang adalah Film dokumenter besutan Komnas Perempuan mengangkat realitas hidup perempuan yang juga tidak luput dari konteks konflik – konflik horizontal tersebut.

Untuk Ibu (yang bukan) Kartini.

saya selalu mengingat tanggal 21 April seperti kebanyakan orang mengingatnya. tapi bila kebanyakan orang tersebut mengingatnya karena Kartini tentu saya tidak, sebagai seorang pelupa angka tidak pernah menjadi menarik untuk saya dan mampu mengingat angka dengan baik adalah sebuah prestasi yang tentu harus saya rayakan.

saya mengingat 21 April karena ibu saya. ibu saya lahir di angka keramat bagi kebanyakan perempuan Indonesia.tersebut. hari ini ibu berulang tahun lagi dan saya sekali lagi tidak mau membawa - bawa angka umur karena bagi saya melihatnya beruban dan memiliki banyak garis diwajah saja sudah cukup untuk membuat saya berfikir banyak hal.tentang bakti, tetantang terima kasih, tentang saya yang masih sering berdosa, tentang saya yang belum bisa membahagiakannya, tentang saya yang belum merasa jadi kebanggaannya, tentang saya yang masih belum punya cukup target untuk menaikan haji beliau bersama bapak dan tentang saya yang masih banyak lagi "kurang"nya dibanding segala yang diberikannya dalam hidup saya.

Kartini sudah mati tapi ibu saya masih hidup. lebih kuat dan lebih sabar bukan karena saya tidak mau mengapresiasi kartini tapi saya lebih mengenal ibu saya yang juga punya apa yang dielu - elukan dari perempuan berkonde itu. ibu saya penyabar, ibu saya pekerja keras, ibu saya pandai dan ibu saya adalah orang yang selalu bersyukur dibalik setiap kekurangan yang dirinya dan keluarganya miliki.

ibu dan kartini memiliki banyak kesamaan tapi ada satu perbedaan yang bagi saya istimewa, kartini populer dihati dan pikiran banyak orang tetapi ibu adalah satu - satunya dihati sedikit saja orang; anak - anaknya, suaminya, keluarganya dan teman - teman pengajiannya yang selalu senang mendengarkannya melafadzkan ayat - ayat dan nyanyian barjanji. kartini adalah cahaya untuk banyak orang tapi ibu hanya untuk rumah mungil kami.

suatu hari nanti saya ingin hidup dengan perempuan seperti kartini, seperti ibu bukan karena apa - apa tapi karena saya ingin berada disurga yang sebenarnya.surga dibawah telapak kaki yang tepat. selamat ulang tahun ibu, selamat hari kartini untuk perempuan indonesia. saya akan selalu ingat tanggal ini. :) .

Indonesia Kita #17an

dulu jaman SMA kalo ada yang nanya kenapa "Indonesia" ? jawaban saya sangatlah sederhana " karna bapak ibu saya Indonesia".atau " karna saya lahir disini " tapi skarang jawabannya memang tidak lagi sesederhana itu. banyak hal yang menjadi dasar betapa rasa kebangsaan seseorang haruslah mampu dipertanggung jawabkan, harus mampu dikawab dengan alasan mendasar dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

Indonesia bukan bangsa, Indonesia adalah kesatuan bangsa - bangsa yang bersama untuk satu tujuan sederhana: bebas, merdeka dari penjajahan dan mampu memperjuangkan hajat hidupnya sendiri. bagi saya perbedaan adalah bagian manusiawi, lahiriah pemberian tuhan yang harus disyukuri sebagai berkah.
Bila hari ini indonesia kita seperti terseok - seok karna tersandung ini dan itu, pengertiannya hanyalah bahwa kita sedang mengadapi ujian sebagai sebuah bangsa besar yang sudah pasti juga harus menerima ujian yang besar. mari terus mengkritisi tapi jangan pernah kurangi satu persenpun rasa cinta pada bangsa dan negara ini. indonesia harus satu. satu tujuan  



 ---
ini adalah 17 gambar yang saya siapkan dari Ambon untuk peringatan #17an. sebuah bentuk yang didasarkan pada keinginan mengikat perbedaan. meski kita berbeda, kita punya keyakinan dan simbol - simbol yang bisa mengikat kita menjadi satu bangsa, satu negara. satu Indonesia
---

bila hari ini ada yang bertanya pada saya 
" mengapa Indonesia ? "
jawaban saya tetap sederhana, 
" karna bangsa ini, tanah ini, negeri ini luar biasa " 

Indonesia #17an. 
sekian

Fernando, bocah pesisir pencari bia


Anak laki – laki itu bernama Fernando Pelamonia, duduk membelakangi matahari dan menunduk tekun memindahkan satu demi satu batu untuk menemukan apa yang dicarinya. Bia, Fernando mencari bia atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah kerang tapi untuk jenis ini memiliki isi dan bisa dimakan. Fernando memang tidak sendirian, banyak pencari bia disekelilingnya tapi mata saya sudah tertahan pada anak laki – laki berbaju kuning itu, sayapun mendekat.

Mata Fernando memang awas, meski sedang fokus ekor matanya sudah menangkap saya yang mencoba mendekat padahal jaraknya kira – kira masih 5 meter dari tempat duduknya, Fernando mengangkat wajahnya dan tersenyum manis, sebuah penerimaan yang luar biasa menurut saya untuk seorang asing yang berniat mengganggu tentunya.

“ ini untuk dijual kak” jawab Fernando ketika saya bertanya untuk apa dirinya mencari bia “ ini bisa dimakan kak, caranya dilawar “ lanjutnya. Dilawar adalah istilah lokal Ambon untuk penyajian bia dengan cara merebus dan memadukannya dengan kuah santan. Hal tersebutpun saya ketahui dari anak berusia 11 tahun tersebut.

Fernando duduk dikelas 1 SMP dan sudah sejak usia 6 tahun ikut mencari bia dipantai ketika air meti[1]. “ emang laku dijual berapa ? “ Tanya saya . “ lima ribu kak satu tempat[2] “ jawab Fernando. “ lalu sehari bisa dapat berapa tempat ? “ Tanya saya lagi. “ paling banyak dua kak “ jawaban Fernando membuat saya tertegun betapa demi 5 ribu perak setiap harinya anak laki – laki itu telah memutuskan meninggalkan waktu bermain layaknya anak – anak kecil seumurannya untuk bermain sendirian dipantai mencari rejekinya.

Orang tua Fernando berprofesi sebagai petani dan sehari – hari dirinya mencari bia untuk memenuhi kebutuhan “jajan”-nya. Dalam perhitungan normalnya anak seumurannya, Fernando setidaknya membutuhkan duaribu rupiah untuk biaya transport pergi dan pulang dari sekolah, duaribu rupiah untuk jajan dan tersisa seribu rupiah bila rata – rata pendapatannya lima ribu perhari. Bagi saya Fernando bukanlah anak yang kurang beruntung karena setidaknya dirinya mampu menjawab kekurangan yang dihadapinya dengan berusaha melakukan apa yang bisa dilakukannya untuk memenuhi kekurangannya tersebut.

Fernando sedang mengumpul uang untuk membeli buku paket dari sekoalahnya, setiap harinya dia mampu menyisihkan Rp 3000 yang artinya dia hanya memenuhi ongkos transportnya ke sekolah selain itu tidak, disimpan semuanya untuk membeli buku. Sudah lebih dari lima jam Fernando duduk memindahkan batu, menggali pasir demi menemukan bia tapi ternyata hal tersebut tidaklah mudah sehingga belum juga setengah kantong dihasilkannya, saya merogoh kantong dan mengeluarkan satu lembar uang sepuluh ribu lalu menukarnya dengan kantong tersebut walaupun saya tidak mengonsumsi dan berniat membeli saja untuk menawarkan pada siapa saja kenalan yang tertarik mengkonsumsi. Fernando tersenyum dan baru saja saya mengucap terima kasih untuk hendak berpamitan, anak laki – laki hitam manis itu berdiri dan meminta saya menunggunya menukar uang untuk kembalian. Saya tersenyum dan member isyarat kepadanya untuk menyimpan saja uang kembaliannya,  Fernando tersenyum manis sekali. Dia anak Indonesia yang wajib menjadi panutan anak Indonesia lain. 
dia butuh segenggam bia untuk ditukar dengan sekantong berlian. :)

Semangat "besar" untuk Fernando :)  
    

  


[1] Bahasa sehari – hari Ambon yang digunakan untuk keadaan air laut yang surut.
[2] Istilah sehari – hari di Ambon untuk takaran dalam jual beli. Berlaku untuk bahan makanan seperti cabai, bawang dan sejenisnya.

bila cinta diucapkan dan sayang diwujud nyatakan, bagaimana dengan rindu ?

menimbun rindu adalah seperti membangun benteng batu 
tempat bersembunyi, tempat menghindar, tempat bertahan
semua tentang kerinduan adakalanya lebih baik daripada cinta dan sayang 
yang sering kali hanya sekedar saja
 rindu itu absurd
tidak nyata adanya seperti cinta dan sayang
rindu itu magis
berisi energi yang lebih dari kata dan sentuhan
rindu adalah tanda 
rindu adalah isyarat
bila cinta menjadi berarti dengan diucapkan 
dan sayang menjadi berarti bila diwujud nyatakan
maka rindu memiliki jalannya sendiri

bila rindu datang
menunggulah 
rindu lahir dari cinta dan sayang lalu menjadi lebih dari keduanya
percayakan hatimu padanya
---

Salam Kenal dari KepingFiksi101

kelahiran gaa perlu meriah, hanya saja kabar kelahiran tentu penting disampaikan. maka begitu telah lahir keduania sebuah halaman biasa - biasa saja berisi fiksi - fiksi yang minta dibawa kemana - mana. berikut adalah sebuah halaman pribadi saya yang memuat cerita - cerita pendek yang pernah saya buat untuk sekiranya bisa diapresiasi dengan saran, kritik, nasi goreng, mie ayam dan asal jangan bakso (pasti rugi karna saya bakal minta ditraktir terus. hhe).

memulai postingan diblog ini saya memposting ulang lima cerita pendek yang sebelumnya diposting terbatas di facebook.
http://kepingfiksi101.blogspot.com/

selamat menikmati, jangan lupa tinggalkan jejak. sebelum gelap, saya yakin belajar itu kemutlakan. hhe. salam kenal dari KepingFiksi101 :)

HIDUP ITU (SELALU) PUNYA TANDA

*) Apa yang kamu lakukan ?
#) Menunggu
*) menunggu itu tidak menyenangkan !
#) iyah :)
*) siapa yang kamu tunggu ?
#) aku tak menunggu seseorang.
*) oh… Kalau begitu “apa”. Apa yang kamu tunggu ?
#) Takdir. :)
#) Aku nunggu takdir. Jadi aku gaa perlu ngeluh enak atau tidak, aku cuma nunggu. :)
*) Berarti kamu ga pernah mau ngambil keputusan ?
*) hidup itu selalu tentang pilihan bukan ? :)
#) iyah. Hidup itu pilihan. Terlalu banyak pilihan dan aku hanya memilih satu.
*) apa itu ?
#) ‎​Aku menunggu takdir, yang dipilih tanpa harus memilih.
*) aku tidak begitu percaya takdir. Aku tidak menunggu. Takdir hidup itu memilih, pilihan itulah takdir hidup.
#) Hidup selalu punya tanda; Ketika tanda itu datang, mendekatlah. Bila tidak menunggulah.
*) #!??**x8-%… —-

1 - 5 dan seterusnya ....

1.

Bagaimana tidak aku bersyukur. Setiap pagi Tuhan membangunkan aku dengan menambah satu garis kesabaran. Seperti batu battrei, bersamamu aku tyerus mendapatkan energi
2.
Cantik adalah polemik dan manis adalah relatif. Syukurku adalah padamu yang tidak pernah berubah, selalu terus berusaha untuk bangun pagi dengan satu perasaan “lebih” cinta dari biasanya.
3. 
Aku bukan ahli ibadah, tapi aku juga tak pernah lupa butuh berdoa. Setiap kusebut namamu, harapan selalu mengamini semoga kita selamanya. Bertahan didalam badai, sabar merajut selimut dan semoga tiba kita pada waktunya.
4.
Sejatinya kertas dan tinta adalah hitam dan putih. Biar kutulis cerita dan kamu adalah berwarna, gambar yang kubutuh untuk setiap lembaran keyakinan.
5. 
Karena hidup adalah anugrah sekaligus cobaan. Jangan pernah berhenti mengingatkan aku bagaimana menjalani hari dengan ikhlas dan tanpa mengeluh. Dirimu adalah alasanku.

Nona Kebaya Disimpang jalan


Salah siapa bila kini dirinya merasa seperti tersesat ? salah siapa bila kini dirinya merasa seperti tidak diterima ? salah siapa bila kini dirinya merasa seperti tidak bisa melangkah maju ? salah siapa bila kini ketika dirinya merasa seperti tidak lagi memiliki rumah untuk pulang ? salah siapa kini bila dirinya merasa seperti bukan lagi siapa – siapa ? salah siapa ?

“ kamu harus lebih terbuka menerima hari yang datang dengan sekian perubahannya. bila tidak kamu akan semakin merasa terasing “    

Salah siapa bila kini dirinya tetap memandang sama hari ini dan kemarin ? salah siapa bila kini dirinya masih mempertahankan warisan nilai leluhur ibunya ? salah siapa kini bila disimpang jalan dia merasa terasing diserang mata – mata asing bertank top dan berhot pants ? salah siapa ?   

Biar kubakar hari sombong ini dengan diriku sendiri
Biar kusinari dunia yang begitu mengejek ini dengan nyala api keyakinanku sendiri

Jawabnya, bukan (salah) siapa – siapa !  
---

Ketika Sejarah “Harus” Digugat

Pluntungan
“ Apa yang terjadi di tahun 65 itu tidak seperti yang diberitakan oleh media atau yang tercatat dalam sejarah “ – Suci Danarti (Eks - Tapol Kamp Pluntungan)

---
Sejarah konon adalah milik penguasa atau dalam istilah popular di masyarakat “ sejarah adalah milik pemenang ”. diskusi – diskusi tentang sejarah dan perdebatan yang ada didalamnya menurut saya sepertinya tidak akan pernanh selesai karena sejarah adalah sebuah produk yang diciptakan untuk kepentingan tertentu, subjektif dan memiliki aturan – aturan prosedural dalam proses penciptaannya layaknya sebuah produk pada umumnya.

Sejarah bagi saya perlu dibagi menjadi dua kerangka besar, yang pertama adalah sejarah sebagai sebuah peristiwa otentik yang tidak bisa dibantah oleh siapapun dan atas dasar apapun dan yang kedua adalah sejarah yang diciptakan atas kepentingan tersebut. Sejarah dalam kerangka yang kedua adalah alat legitimasi kekuasaan dibuat untuk menguatkan kekuatan tertentu dan sebaliknya melemahkan kekuatan yang lain.

Film Plantungan diputar di Ambon sore tadi, sebuah film yang wajib ditonton oleh siapapun yang menaruh hati dan perhatian terhadap sejarah bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang besar, sejarah perjalanan bangsa ini sudah seharusnya menjadi landasan penting dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara yang sayangnya hari ini tidak begitu lagi menjadi perhatian karena cenderung berkabut dan kontroversial. Sebuah idiom keren yang dilontarkan oleh teman saya bahwa sesuatu yang kontroversial itu akan selalu menarik menjadi dasar mengapa saya begitu tertarik mengenai isu rekonstruksi sejarah yang dilakukan untuk meluruskan kembali sejarah Indonesia yang sudah sejak lama terbukti dipolitisir. Tapi apakah idiom tersebut juga berlaku dalam kajian sejarah bagi kebanyakan orang ? jawabannya saya sendiri tidak begitu meyakininya.


Plantungan, PKI dan Gerwani

Produk sejarah adalah produk teror massa, sebuah produk yang dibuat untuk menciptakan mindset berfikir orang banyak atas sebuah kejadian—peristiwa atau diri orang per orang. Sejarah sebagai sebagai rekaman fakta peristiwa dan kejadian telah menyembunyikan banyak hal dan membentuk konsepsi pemikiran tertentu atas sebuah fakta yang sebenarnya harus bias diterima secara valid sesuai dengan fakta yang sebenarnya dengan tidak didasarkan pada kebutuhan akan perspektif tertentu sehingga membatasi, mengurangi bahkan menghilangkan fakta yang sebenarnya.

Film Plantungan menambah lagi daftar panjang gugatan fakta peristiwa terhadap catatan sejarah. Film dokumenter berlatar Indonesia tahun 65 yang berisi kesaksian para bekas tahanan politik perempuan yang menghuni Kamp Pembuangan Plantungan di Kendal, Jawa Tengah tersebut memaparkan banyak fakta yang tentu saja selama ini tidak dimunculkan dalam catatan sejarah.

Kutipan Suci Danarti di awal tulisan ini adalah semacam inti dari film Pluntungan yang memaparkan fakta sejarah yang selama ini sengaja dibengkokkan dan disebunyikan. ada semacam kesalahan berpikir masyarakat mengenai peristiwa – peristiwa yang terjadi disekitar tahun 65 dan keadaan tersebut dikarenakan penciptaan perspektif oleh sejarah.

Saya ditangkap selama 14 tahun tanpa peradilan “ begitu penuturan Sp Tien Wartini. Kekerasan yang terjadi terhadap para Tapol perempuan yang adalah motor gerakan Gerwani tersebut tidak hanya dalam bentuk penangkapan yang semena – mena dan penghukuman tanpa proses peradilan tetapi juga secara fisik berupa pemerkosaan dan bentuk eksploitasi seksual yang bukan hanya terjadi bagi para penghuni kamp tersebut tetapi juga untuk para keluarga mereka. “ untuk menemukan gambar palu dan arit, perempuan – perempuan dibugili dan dipermainkan sesuka hati para petugas “ lanjutnya.

Sungguh sesuatu yang mengerikan menggambarkan kondisi Kamp Plantungan dan isolasi yang dilakukan terhadap para perempuan “terhormat” ini. Kamp Plantungan sebelum di jadikan Kamp pembuangan tapol pada tahun 1970 adalah sebuah tempat isolasi bagi penderita kusta, berada dihutan belantara dan sangat tidak manusiawi untuk dijadikan tempat tinggal bahkan untuk Tapol sekalipun namun begitulah kenyataan yang sebenarnya dan selama ini hilang dalam catatan informasi sejarah yang bias diakses oleh publik. Negara menyembunyikan borok ini tapi kini baunya telah tercium dan melebar kemana – mana.

Sebagai seorang anak yang mengkonsumsi “sejarah nasional” di bangku pendidikan formal kini saya memiliki kesadaran kritis bahwa selama ini saya telah tertipu atau dibuat sengaja tidak mengetahui bagian – bagian penting yang seharusnya menjadi alasan penting nasionalisme saya betapa bangsa dan Negara ini lahir dan tumbuh dalam sebuah gejolak konflik yang harus dipelajari untuk tidak lagi terulang. Kesadaran tersebut lahir dari sebuah proses pencarian, perenungan dan penemuan bukan dari klarifikasi sejarah yang dilakukan oleh mereka yang memiliki wewenang.

PKI adalah musuh Negara, bersinggungan dengan PKI adalah kejahatan dan Gerwani adalah kumpulan perempuan – perempuan “tidak benar” adalah konstruksi sejarah yang setidaknya saya sadari berada didalam diri saya ketika masih berada di bangku pendidikan formal lewat bacaan dan fil Gestapu yang dulunya sering diputar untuk mendoktrinisasi pikiran kita akan keberadaan musuh – musuh Negara tersebut yang ternyata kenyataannya sama sekali tidak benar dan perlu mendapatkan pembenaran fakta dalam catatan sejarah yang bahwa didalam polemic tata Negara saat itu keduanya dianggap mengancam keamanan Negara sejarah tidak seharusnya menipu.

Mari mulai Bicara Kebenaran

Generasi muda Indonesia sebagai pemegang tongkat estafet perjalan bangsa hari ini harus mulai “peduli” dengan sejarah setidaknya sebagaimana saya sampaikan sebelumnya untuk dijadikan alas an mencintai dan hidup mati – matian membela bangsa dan Negara ini. Generasi muda hari ini harus mulai mendekatkan diri dengan kebenaran yang bila tidak disajikan secara logis harus ditelusuri keberadaannya.

Plantungan adalah satu dari sekian banyak situs sejarah yang terselubung dan untuk membuka banyak bagian lain yang akan menggemparkan kesadaran semu kita mulailah dengan tidak membaca sejarah dalam tafsir penguasa saja tapi juga dari mata sejarah yang sebenarnya.
---
*film plantungan adalah film yang dibuat oleh komnas perempuan dan dilaunching 10 Februari lalu. Sebuah film yang baik untuk menjadi konsumsi bangsa kita hari ini. Semoga kita selalu tercerahkan setidaknya dengan membaca kembali lembah Plantungan dan semoga tuhan juga senantiasa memaafkan mereka para “penipu” sejarah. Amin   

Surat Terbuka dari Ambon untuk Aksi Berbeda dan Merdeka 100%

Bila banyak orang kini lebih memilih berdiam diri dan tawakal menyikapi segala problematika yang terjadi dibangsa kita akhir – akhir ini, sesungguhnya mereka adalah orang – orang yang hanya terpaku dengan pemberitaan media yang sayang sekali hari ini lebih sering tidak “memihak” kepentingan rakyat lalu kemudian tidak memilih keluar melakukan apapun yang bisa disumbangkan untuk mencitrakan kembali keberaadaan Indonesia sebagai suatu kesatuan bangsa yang besar, bangsa beradab dan berbudaya.

Dunia memang tengah dilanda prahara, perang saudara terjadi dimana – mana, kekerasan merajalalela, bencana menyimpan bau amis bangkai dari reruntuhan, alampun seperti tak lagi meridhoi bumi tempat manusia berpijak dan disini, di bangsa ini hari ini teror menjadi berita, membuntuti setiap langkah yang akhirnya hanya melahirkan lagi kecemasan baru diantara tumpukan kecemasan lain yang sudah mengendap lama; tentang harga diri, tentang hak hidup, tentang kesejaahteraan—kemakmuran yang tak kunjung menjadi milik lalu belum lagi aksi tipu – tipu, tindas menindas, penjajahan kelas—yang berkuasa menindas yang kecil, yang kecilpun akhirnya gelap mata.

Sadar sungguh setiap manusia, teristimewa yang hidup sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia hari ini memiliki kecemasan besar, pesimisme merundung hidup dan tidak ada yang bisa disalahkan karena begitulah realitas yang patut diterima. Namun terlepas dari kenyataan tersebut sudah sepatutnya kita meraasa terbebani dan mau melakukan aksi nyata untuk mendorong perbaikan, bukan untuk berlomba – lomba menjadi dewa penyelamat kaarena terang sungguh kita telah punya banyak dewa yang sayangnya kini telah mandul menyanyikan mantra – mantra sakti mndara guna, bukan juga untuk menjadi tabib karena terang sungguh kita juga punya banyak tabib yang (sekali lagi) sayangnya sudah tidak lagi mampu meracik ramuan mujarab untuk menyembuhkan sakit berkepanjangan tapi untuk menjadi sebenar – benarnya anak bangsa yang tidak bertanya apa yang Negara berikan namun sebaliknya apa yang mampu diberikan kepada Negara karena bila sudah lama kedaulatan kita serahkan kepada Negara—pemerintah untuk mewujudkan amanat bersama yang tertuang sebagai tujuan Negara namun belum juga menunjukan tanda – tanda yang baik maka kita (rakyat) harus bergerak. Biar saja pemerintah berkutat dengan politik yang senantiasa melahirkan seteru, mari kita selamatkan bangsa dan Negara yang sejatinya adalah milik kita.

Sebuah kabar datang melalui twitter, 17 April ini akan dilaksanakan aksi Berbeda dan Merdeka 100%. Kabar yang menarik hati untuk tahu lebih jauh pastinya maka dengan senang hati sayapun mengirimkan sebuah pesan singkat kepada teman si pembawa kabar yang berlanjut pada kiriman imel.. Berbeda Merdeka 100% adalah sebuah aksi yang digagas untuk kemudian meminta partisipasi sebesar – besaarnya dan sebanyak – banyaknya dari semua teman – teman di seantero nusantara untuk melakukan aksi dengan nama yang sama dalam bentuk apapun baik offline maupun online di facebook, twitter, blog dan lain sebagainya yang intinya adalah menyuarakan semangat pluralisme, merayakan pengakuan hak untuk “hidup” dalam perbedaan. Ada apa dengan Bhineka Tunggal Ika ? kita semua tahu jawabannya, maka begitu partisipasi kita akan memberi nilai baik untuk menguatkan kembali atau bahkan menghidupkan lagi nilai – nilai kebhinekaan yang semakin terdistorsi.

Jauh diatas kepala tergambar senyum suka cita ketika membaca kiriman imel Firliana Purwanti, seorang teman penulis dan penggiat hak – hak perempuan dengan “ The O Project “ – nya yang dalam sebuah kesempatan diskusi yang tidak terdugapun akhirnya saling mengenal. Adalah bayangan kejadian konflik kemanusian 1999 di Maluku yang menjadi sebuah catatan penting mengapa kemudian rasa syukur besar patut terpanjatkan betapa memperjuangkan hak untuk hidup dalam perbedaan adalah sebuah misi suci. Sebagai generasi yang besar dalam kecaamuk konflik belandaskan SARA di Maluku saya kemudian hari ini memiliki harapan besar bahwa belajar dari pengalaman adalah guru terbaik maka meributkan tentang perbedaan adalah sia – sia karena perbedaan adalah kodrat manusia.

Maluku kini telah keluar dari masa hitam konflik, masyarakat kembali hidup berdampingan dengan menghidupkan sisi – sisi kemanusian, toleransi—hormat menghormati atau dalam bahasa sehari – hari di Maluku populer dengan istilah baku sayang. Keluarnya masyarakat Maluku dari konflik memang dipengaruhi banyak faktor tapi bagi saya pribadi, anak kecil yang tumbuh besar dalam masa kritis peradaban manusia Maluku konflik berakhir karena dua hal yaitu yang pertama kesadaran masyarakat akan akar budaya masyarakat yang telah hidup sekian ratus tahun yang diporak – porandakan oleh persoalan yang tidak layak untuk diperdebatkan yaitu perbedaan, orang Maluku memiliki Pela—Gandong sebagai nilai yang mampu menjadi alasan untuk hidup berdampingan karena berbasis pada landasan kemanusian—Hak Asasi Manusia serta yang kedua adalah massifnya gerakan muda yang berbasis kesadaran untuk menghidupkan kembali ruang kreatifitas berbasis budaya demi terciptanya medium rekonsiliasi dan kedua hal tersebut perlu dijadikan pelajaran.

Di Ambon 8 Februari lalu telah dilaksanakan sebuah aksi dengan tema “ suara damai dari timur untuk Indonesia ” sebagai bentuk reaksi kritis untuk mengecam beberapa peristiwa kekeraasan dengan berbagai motif yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Sebuah aksi budaya yang diisi sastra, teater, musik dan doa digarap sederhana di Monumen Gong Perdamaian dunia sebagai sebuah suara ajakan untuk menengok keberadaan masyarakat, saudara – saudara dari timur atau daerah – daerah lain yang pernah luluh lantah dalam konflik berlatar serupa bahwa biarkan perbedaaan hidup, terimalah dia karena sesungguhnya datangnya adalah dari langit, dari pencipta.
Dari Ambon-Maluku semua teman mengirimkan salam, doa dan harapan semoga Aksi Berbeda Merdeka 100% 17 April nanti bisa berjalan maksimal dan mendatangkan sebesar – besaarnya nilai untuk kemaslahatan bangsa. Amin.

---


Dulu kita merasa terbatas karena jarak kita yang berjauhan tapi kini niat dan semangat besar senantiasa akan meridhai segala apa yang kita cita – citakan dan semoga itu selalu adalah hal baik. Ada yang pesimis dengan keberadaan bangsa hari ini ? bila iya itu artinya anda memiliki kecemasan yang sama dan mampu dijadikan semangat untuk mendorong perbaikan, kami di Ambon-Malukupun memiliki keprihatinan yang sama maka begitu kami bergerak menuju Indonesia; satu bangsa, satu Negara.

Kalo kata bang Iwan Fals Negara harus menciptakan ini dan itu, sungguh mari kita artikan saja sebagai sentilan dan mulailah menciptakan segala sesuatu untuk kita, bangsa dan Negara. Mari Bismillah, Tuhan berkati. :)

Lini Mas(s)a dan Cinta Satu Malam untuk Donny Bu


diunggah dari http://donnybu.com/
Duduk kita beratap langit dan tanpa beralaskan apa – apa. Suasana seperti ini adalah suasana pertama bagi saya sejak menghantarkan film lini mas(s)a diputar diberbagai daerah. Saya suka suasana seperti ini, saya suka kota ini – Donny Bu

---

 Dadakan didaulat menjadi moderator pemutaran film lini mas(s)a di Ambon malam tadi membuat saya belajar banyak hal dari seorang inspirasional bernama Donny Bu, sebagai seorang pemula di dunia social media professional yang berusaha memaksimalkan potensi social media dan menggunakannya sebagai alat untuk membangun sekaligus menggerakan gerakan sosial membuat saya merasa tercerahkan lewat kalimat – kalimat sederhana yang diselingi tawa renyahnya.

Lini Mas(s)a adalah film yang dibuat atas dasar kecemasan untuk menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia akan sebuah “palu” besar yang menancapkan kembali “alas tongkak” semangat yang kokoh untuk melakukan perubahan menuju tata kehidupan masyarakat yang lebih baik. Berdasarkan penjelasan produser film dokumenter yang memetakan gerakan masyarakat melalui social media di Indonesia setidaknya dalam kurun waktu beberapa tahun ini atas pertanyaan sederhana saya mengapa film tersebut dibuat saya meletakan pemahaman saya bahwa film tersebut dibuat untuk mendokumentasikan Indonesia, mendokumentasikan masyarakat Indonesia dalam bentuk lain selain yang ada di media – media mainstream.

Donny Bu mengaku jatuh cinta dan terkagum – kagum dengan kota Ambon, dengan laut, dengan makanan, dengan segala potensi yang dimiliki daerah ini dan sebagai seseorang yang sering diposisikan sebagai tour guide pernyataan seperti itu tentu bukan barang baru lagi ditelinga saya mengingat sudah terlalu banyak orang yang mengatakan jatuh cinta pada kota kecil dengan pesona alam yang luar biasa ini. Tapi pernyataan tersebut tidak selesai sampai disitu, Donny Bu mengkritik dan memberi masukan besar kepada pengguna internet (social media) di kota Ambon untuk bisa memberikan informasi tentang keberadaan Ambon kepada dunia luar “ saya merasa kekurangan informasi akan tempat ini dan sudah menjadi kewajiban setiap pengguna social media untuk mendorong terbukanya akses informasi agar orang lain juga bisa tahu tentang potensi yang ada disini. Dari tadi saya foto – foto dan upload terus, banyak yang komen dan pengen datang untuk tahu lebih banyak tentang Ambon “ jelasnya.

Jakarta versus Daerah

Apa yang disampaikan Donny Bu tersebut pada dasarnya bukanlah sesuatu yang baru pertama kali diwacanakan di kalangan penggiat social media di Ambon karena setidaknya dalam beberapa kali kopdar atau kegiatan – kegiatan berbasis social media isu tentang terbatasnya informasi mengenai Ambon tersebut telah disampaikan. Namun sebagai sesuatu yang baru, apa yang disampaikan oleh Donny Bu tersebut setidaknya dapat dikatakan sebagai hantaman besar yang menguatkan barisan optimism bahwa sudah saatnya kesadaran tersebut tumbuh dan berkembang menjadi satu kekuatan besar yang mendorong kemajuan di daerah.

Dalam diskusi yang yang saya pimpin terjadi kekisruhan (begitu menurut saya)  ketika seorang penanya melontarkan pertanyaan dengan sebelumnya menyebut Donny BU sebagai perwakilan bogger pusat atau blogger Jakarta “ saya sejujurnya tidak suka diminta duduk disini, saya senang untuk memposisikan diri sebagai pengantar rol saja. Perlu dipahami bahwa sejujurnya tidak ada yang namanya blogger pusat atau blogger Jakarta, semuanya sama yang membedakan hanyalah Jakarta adalah ibu kota dimana akhirnya orang – orang yang ada disana didekatkan dengan akses, gaya hidup modern serta keberadaan selebriti yang menjadi public figuir dan menyita banyak perhatian termasuk di social media tapi untuk soal gerakan saya lebih mengacungkan jempol untuk teman – teman yang ada di daerah. Pergerakannya lebih ideal dan menyentuh langsung problematika masyarakatnya “ tandas Donny Bu.

Bangun Gerakan Pro - Rakyat

Gerakan yang dibangun di social media idealnya adalah gerakan yang didekatkan pada realitas kehidupan masyarakat. Sampaikan apa yang menjadi kebutuhan mereka, perhatikan realitas kehidupan masyarakat untuk menggalang sebuah gerakan yang massif. Bagi saya ini adalah bagian sangat inspiratif betapa bagi seorang Donny Bu membangun gerakan lewat social media adalah bentuk simpati bagi bangsa dan Negara.
Donny Bu juga bercerita tentang latar belakang berdirinya ICTwatch dan bagaimana dirinya yang meninggalkan kursi emouknya di Detik.Com yang sebagai portal berita terbesar di Indonesia telah memberinya segala yang dibutuhkannya demi untuk memenuhi keterpanggilan hatinya untuk menulis dam dekat dengan realitas kehidupan masyarakat.
---

Terima kasih untuk film Lini Mas(s)a dan cinta satu malam dari Mas Donny Bu, bukan karena ada lagu itu ditengah – tengah diskusi tapi karena ceritanya membuat saya sebagai orang muda jatuh cinta dasemakin percaya masih banyak orang peduli dan mau berdedikasi untuk bangsa ini dengan selalu berfikir lalu berbuat. Idealisme manusia bebas merdeka masih hidup dan tersebar dimana – mana untuk saling menguatkan. Selamat hari jadi untuk Maluku Blogger. Maju terus dengan berbuat. Sampai jumpa di seminar internet sehat besok :)    

Membaca Tuhan lewat (?)

Ingatkah Tuhan mengajarkan terlebih dulu pada kita bagaimana membaca ? Tuhan menuntun kita untuk mencari dan menemukan sesuatu yang akhirnya kita sebut sebagai keyakinan karena dengan sungguh - sungguh dapat kita pertanggung jawabkan. Tuhan telah menggambar dengan sangat baik, tanpa sedikitpun lupa dan tanpa sedikitpun tendensi kecuali kita yang menciptakan tendensi itu sendiri.

Adapun bila hari ini hidup kita semacam diliputi kecemasaan menyangkut apa – apa yang seakan – akan membayang – bayangi, sesuatu yang kita anggap berbahaya walaupun kenyataanyapun kita sendiri tidak mampu menjelaskan kedudukannya dan member alas an yang rasional, yang empiris tentang apa yang dianggap sebagai “soal” tersebut itu artinya kita musti duduk, bertanya pada diri sendiri—bertafakur, mengukur diri bahwa sungguh kita hanya mampu memiliki prasangka, sungguh kita hanya diminta untuk berikhtiar bukan untuk menghakimi “soal” untuk melindungi diri kita yang kita anggap “maaf” paling benar atau malah paling baik sedang kenyataannya kebenaran haanya dating dari langit dan baik buruk hanyalah objektif di mata tuhan yang tunggal.

Ada banyak cara bertemu Tuhan

Dalam keadaan lupa diri kita sering tidak kembali menempatkan diri sebagai hamba, sebagai ciptaan yang berarti senantiasa memiliki tempat pulang baik ketika sakit maupun ketika bahagia. Tuhan senantiasa memata – matai (karena kita sering kali tidak menyadari jadilah saya pilih kata itu)  kita dengan tidak sedikitpun tidur apalagi lengah. Tuhan ada dimana – mana, berbicara dengan bahasa apapun dan dibagian waktu manapun. Tuhan ada di pasar ketika laki – laki tua mengurangi timbangan garamnya, tuhan berada di daalam angkot ketika seorang tua terjepit dan orang lain tidakj mengindahkan, tuhan berada di tiap butir nasi basi yang dimakan seorang anak yang kelaparan dan mengais nasi basi di tong sampah, tuhan ada di kantor – kantor pemerintah ketika korupsi dieksekusi, tuhan ada dimana – mana, tuhan ada di antara baik dan buruk, tuhan ada diantara indaah dan jelek, Tuhan ada diantara wangi, Tuhan ada dibau kloset tempat segala kotoran kita keluarkan. Tuhan ada di mana – mana, Tuhan tidak pernah kemana – mana hanya kita yang kadang terlampau sering merasa ditinggalkan ketika sekian Tanya tidak pula ditemukan jawabannya.

Tuhan memberi manusia kecemasan agar mengetahui dia apa yang dibutuhkannya, lalu tuhan memberi dia mulut dan kecakapan bahasa untuk menyampaikan maksud dalam pertanyaan tapi tuhan tidak akan menjatuhkan jawaban dari langit kecuali manusia itu sendiri meyakini apa yang dikatakan tuhannya bahwa tiap pertanyaan dihidup manusia hanya manusia itulah yang akan menemukan jawabnya.
Hiduplah dengan cemas, cemaslah untuk jangan pernah berhenti bertanya karena sungguh kita tetap harus membaca Tuhan atas takdir dihidup kita yang adalah (?), tapi berhentilah menggugat. Menggugat ciptaan Tuhan adalah senantiasa sia – sia.  

Negeri ini butuh polisi “India” seperti Norman.

Briptu Norman Kamaru, satu lagi nama yang mencuat sebagai selebriti melalui jejaring social di Negeri ini setelah video “joged india” miliknya yang diupload melalui youtube berhasil menyita perhatian. Video berdurasi kurang lebih tujuh menit berisi aksi lypsinc lagu Chaiya-Chaiya yang dipopulerkan Sharukh Khan lengkap dengan gerak tubuh menyerupai taarian india tersebut secara jujur memang harus mendapat apresiasi yang tinggi karena berhasil menggelitik dan mendatangkan tawa. Tingkah sedikit yang menilai Anggota Brimob Gorontalo ini kreatif namun tidak sedikit pula pendapat bahwa tingkahnya tersebut tidak bias dikategorikan kreatif melainkan konyol.

Kreatif atau konyol Brpitu Norman pada prinsipnya didasarkan pada sudut pandang yang dipakai untuk mengapresiasi Aksinya tersebut. Bagi yang positif thinking Briptu Norman dinilai kreatif karena mampu meniadakan batas – batas untuk menghidupkan karakter cipta dalam dirinya sebagai manusia. Kreatifitas milik siapapun dan harus senantiasa dihidupkan termasuk untuk seorang aparat brimob sekalipun, kata seorang teman. Bagi sebagian lain, Norman dianggap konyol karena tidak mampu memposisikan diri sebagai seorang aparat penegak hokum yang sedang bertugas. Tapi sekali lagi bagi saya, Norman juga manusia.


Briptu Norman adalah satu dari sekian banyak aparat hukum dibangsa ini yang sudah tentu juga memiliki karakter yang bermacam – macam. Bagi saya, kepolisian harusnya tidak memberikan sanksi berat untuk Briptu Norman yang telah merekam dirinya dan berjoged – joged india walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa aksinya tersebut bias dianggap melecehkan citra kepolisian karena telah bersikap tidak professional dan dicap terlalu “gaul” dengan tindik dilidah sebagai seorang polisi, tapi apakah harus sesulit itu bila kita juga mampu mengidentifikasi secara terbalik aksi Briptu Norman tersebut yang telah mampu melahirkan satu perspektif sederhana yang sebagaimana telah saya kemukakan sebelumnya diatas “ polisi juga manusia “ sehingga sorotan – sorotan tajam yang mendera tubuh kepolisian beberapa waktu ini setidaknya bisa sedikit ditelah dari perspektif yang berbeda. Setiap manusia menginginkan hal – hal sederhana yang mendatangkan kebahagian, bukan hal – hal sulit yang mendatangkan polemik namun sebagai pribadi yang terlibat secara institusi setiap sikap dan tindakan yang diambil bukanlah keinginan masing – masing personal melainkan kerangka oprasional yang didasarkan pada kebijakan institusi tersebut sehingga cenderung mendatangkan dilemma tersendiri bagi mereka para aparat penegak hukum.


INDONESIA BUTUH POLISI “INDIA”


Bagi kebanyakan orang, karakter polisi india dalam film india adalah karakter yang tidak bisa diandalkan dan selalu datang terlambat  setelah jagoan berhasil mengalahkan si penjahat. Kita tentu tidak menginginkan karakter kepolisian kita seperti karakter polisi india didalam film india. Tapi tanpa perlu mengenal lebih jauh pribadi Briptu Norman saya merasa baik bila semua polisi di bangsa ini meniru selera humor dari polisi india yang satu ini agaar tidak bersikap kasar dan semena – mena dalam bertugas seperti yang sering dikeluhkan masyarakat belakangan ini.


---

Norman mengingatkaan saya akan seorang teman SMA bernama Aprizal yang memiliki karakter kocak dan pernah bermimpi menjadi seorang pelawak namun kenyataannya setelah lulus teman saya yang memiliki perwatakan tinggi besar, kekar dan hitam itu diterima sebagai Anggota kepolisian dan setelah menjalani pendidikan ditempatkan sebagai Anggota Provost, bayangkan saja bagaimana rata – rata Provost dinegri ini.

Setiap kali berpapasan dengannya jujur saya sering merasa sungkan karena sikapnya yang berwibawa tapi kondisi itu tidak akan bertahan lama karena saya akan tertawa sebesar – besarnya ketika mengingat tingkah kocaknya dimasa SMA terlebih lagi ketika menarikan sebuah tarian arab yang popular dengan nama tarian samrah. Aprizal teman saya itu kini aparat penegak hokum dengan karakter asli yang konyol dan tidak mau pusing dengan keadaan akhirnya masuk dan memilih hidup teratur sesuai system, saya yakin sekali – kali pasti aprizal juga melakukan salah karena hal tersebut sangatlah manusiawi.


BRIPTU NORMAN MUNGKIN JUGA INGIN JADI PELAWAK, TAPI NEGERI INI MEMANG KONYOL, INDAH DAN KONYOL BERSAMA SERIBU SATU MACAM HAL YANG ADA DIDALAMNYA.

INDONESIA MAMANG BERAGAM, DARI YANG WARAS, SETENGAH WARAS SAMPAI YANG GILA ATAU MALAH MEREKA YANG GILA TAPI PURA – PURA WARAS BEGITU JUGA SEBALIKNYA,
INDONESIA. HIDUP POLISI INDIA. 
     
    *Mari angkat gelas untuk Norman yang kini sama ngetopnya dengan Kapolri. dengan kreatifitas bukan dengan....... hihi. Ingat Norma(n). jangan hukum norman :)


norman said: are you "mad" like me ?
 


SOCIAL MEDIA ADALAH RUMAH

Dari tiada menjadi "benar-benar" ada
karena lebih bangga disebut anak bandel, saya lebih sering bolos waktu mapel TIK (Teknologi dan Ilmu Komputer-keknya sih gitu) jaman SMP begitupun SMA. sebenarnya mendasar, dulu mana ada peduli, yaa walaopun sebenarnya belom dulu - dulu amat karena udah masuk tahun 2000an tapi tetap ajah dulu saya tidak menganggap penting pelajaran itu. asal lulus mata pelajaran IPA, IPS, matematika dan bahasa saja saya sudah pasti lulus jadi TIK TIK TIK itu emang ke laut ajah.

cerita tersebut ada hubungannya dengan social media di hidup saya. telat kenal komputer bikin telat juga kenal yang namanya internet dan telat kenal internet sama artinya juga dengan telat kenal social media. tapi ternyata ini bukan masalah besar, teknologi dan keinginan belajar adalah sinergi tak terbantahkan hingga mempelajari social media tidak pernah mengenal kata telat. akun socmed pertama saya adalah friendster yang itupun dipaksa - paksa temen lantaran dibilang gak gaul. waktu SMA ketika dewi lestari lagi booming - boomingnya dengan supernova saya iseng mengikuti saran teman - teman untuk buka blognya dewi lestari. dari situ saya akhirnya ngeblog juga.

<span class="fullpost">


    </span>

singkat cerita kendala biaya dan males ke warnet adalah alasan mengapa blog tidak lagi diurus dan friendster yang berganti dengan facebook berakhir dengan kenyataan yang sama, hanya sebatas suka - suka; evoria semata, ikut -ikutan dan sejenisnya. 2010 sepuluh kemarin keadaan berupa, saya memutuskan untuk lebih sedikit peduli dan mau terbuka terhadap perkembangan teknologi informasi yang namanya social media. berbekal baca sana - sini, buka - buka ini itu pertengahan tahun 2010 kami (saya dengan beberapa teman) meluncurkan online campign semangat Ambon Bergerak. sebenarnya model serupa bukan hal; baru tapi kini rasanya saya lebih fokus dan menganggap hal seperti ini penting.

Campign semangat Ambon Bergerak udah setahun jalan, dan berkat socmed kami terhubung dengan banyak orang yang memiliki ide dan pandangan yang sama untuk membangun melalui gerakan - gerakan via social media sehingga saling support dan memberi ide. jarak jauh yang dulu dirasa menjadi sekat untuk membatasi perkembangan kini tidak lagi menjadi soal. dengan memanfaatkan social media secara baik, koneksi yang positif akan terjaring demi untuk membentuk gerakan yang masif.

Twitter itu garis inspirasi
awalnya saya bingung mengoperasikan microbloging berikon burung ini. 140 karakter itu terlalu sedikit dan perputarannya terlalu cepat menurut saya awalnya tapi ternayata kini ywitter menjadi bagian utama di kehidupan saya untuk mengaktualisasi banyak hal. saya membaca langsung tulisan - tulisan penulis - penulis favorit saya tepat setelah jarinya menekan tombol enter, saya berinteraksi dengan orang - orang penuh semangat yang memiliki kesamaan visi dan misi dan yang teristimewa saya bisa ikut terlibat dalam banyak hal baik seperti ikut nulis cerita buat antologi cerpen untuk donasi korban merapi, ikut nulis untuk proyek2 seru lainnya, ikut gerakan campign2 lain yang searah dengan Ambon Bergerak sampai ikut terlibat membuka kelas akademi berbagi di Ambon. sebuah kekuatan baru, semangat besar yang mampu mengintegrasikan setiap pikiran dan tenaga meninggalkan batas - batas konfensional yang dulu ada.

social media adalah rumah bersama, negara tanpa batas dan mampu menusuk langsung keulu hati karena walau kita berjauhan kekuatannya terasa sejengkal dipelupuk mata kita.
---
*blog ini baru dibangun lagi untuk aktualisasi yang lebih to the max. inspiring banget gw sama orang kek @venustweets @pasarsapi @bukik dan masih banyak lagi yang menulis, berbuat baik dan saya menemukan kembali inspirasi dan keyakinan untuk lebih "berani" berbuat. Social media adalah Rumah, tempat menggalang potensi dan membangun hubungan manusia yang positif sebagai berkah alam semesta. maaf terlambat menyadari :D

KUPUKUPUNYAPERAHU

Seperti kebanyakan anak pesisir Mori selalu suka melihat burung terbang, dari camar hingga elang—dari pagi hingga malam anak laki – laki itu bercokol didermaga demi untuk menyaksikan prilaku binatang favoritnya tersebut. Mori senang melihat burung camar yang terbang bergerombol dengan konfigurasi dan maneuver – manunuver yang menawan. Mori juga senang melihat Elang yang terbang tinggi dan melebarkan sayap di cakrawala sebelum akhirnya menukik tajam dan mencengkram ikan dengan kakinya yang kuat. Kawanan burung camar adalah seperti sekelompok penari dan seekor elang adalah seperti pemburu yang bertanggung jawab bagi keluarganya. Mori merasa telah belajar banyak dari burung – burung yang ditemuinya setiap hari.

Sudah seminggu setelah pulang sekolah, Mori selalu bergegas kedermaga untuk menunggu ayah dan abangnya pulang. Sebagai keluarga keturunan pelaut yang terkenal sejak ribuan tahun lalu. Hampir semua anak laki – laki di kampungnya Mori bercita – cita kelak bisa menjadi pelaut, dilepas dengan upacara didemaga dalam satu kelompok besar baru kemudian akan berpisah untuk tujuan masing – masing. Mori juga bercita – cita menjadi pelaut, baginya para pelaut dimusim musim tangkap aklan terlihat tak ubahnya seperti ksatria yang kepergian dan kedatangannya disambut meriah. Tapi kali ini Mori tidak sekedar menunggu ayahnya pulang, ada sesuatu yang lain yang mengusik rasa ingin tahunya.

“ itu kupu – kupu namanya, serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera atau serangga bersayap sisik “ jelas abangnya.

Mori terpukau melihat jenis binatang bersayap yang hingga usianya sudah menginjak tujuh tahun baru pernah dilihatnya. Mori pernah melihat itu di pelajaran ilmu alam yang diterimanya disekolah tapi dengan melihat langsung Mori benar – benar merasa terpukau daan langsung jatuh hati.

Sore itu sebelum ayah bersama kelompoknya melaut mori menemukan binatang itu berputar – putar di sekitar perahu, sesekali berhenti lalu kemudian terbang lagi. melihat adiknya yang begitu antusias abangnya terus menjelaskan.

“ kupu – kupu itu binatang yang sangat istimewa. Kupu – kupu sering dipakai untuk banyak simbol. Konon kupu – kupu adalah simbol pembebasan, perjuangan, kesabaran, keindahan dan masih banyak lagi. kamu bisa belajar dari cerita hidup seekor kupu – kupu “

Perjumpaan pertama itu terjadi begitu cepat, ketika dermaga mulai ramai kupu – kupupun terbang pergi. Kata abangnya, kupu-kupu umumnya hidup dengan mengisap sari kembang atau nektar atau beberapa jenis lainnya menyukai cairan yang dihisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, daging bangkai, kotoran burung, dan tanah oleh sebab itu kampung Mori yang terletak disepanjang pesisir dengan temperatur yang lebih panas dan didominasi pohon kelapa yang tidak begitu sesuai dengan syarat habitat ordo Lepidoptera tersebut sehingga Moripun baru berkesempatan untuk bisa menjumpainya.

“ mungkin itu kupu – kupu gunung yang kebetulan terbawa angin terbang hingga kepesisir. Mungkin nanti kupu – kupu itu akan datang lagi kemari “ jelas abangnya lagi melihat Mori yang merasa begitu kehilangan kupu – kupu sebelum ia pergi melaut.

“ sabar yaa… ingat kupu – kupu itu simbol kesabaran “ abangnya tersenyum.

Berbekal rasa keingin tahuan yang begitu besar, Mori membaca semua buku diperpustakaan sekolahnya yang menjelaskan tentang kupu – kupu. Dari sanaa dia tahu bahwa kupu – kupu menjadi istimewa dan banyak menjadi simbol karena tahapan - tahapan hidupnya yang panjang dan menarik. Kupu – kupu adalah hasil dari proses metamorphosis yang sempurna dari telur, ulat, kepompong hingga akhirnya menjadi Kupu – kupu.

“ banyak orang yang menyukai kupu – kupu tapi tidak sedikit juga orang yang jijik dengan ulat dan kepompong padahal kesemuanya ada dalam satu proses. Manusia harus belajar dari perjalanan hidup kupu – kupu “
Dari guru Ilmu Alamnya Mori lebih mengerti jelas tentang maksud kesabaran yang bisa dipelajari Kupu – kupu, dari sesuatu yang tidak dianggap kemudian bisa menjadi begitu dikaagumi dan dicintai. Menurut Mori, bila kupu – kupu itu tidak sabar pasti dia akan kalah saat masih menjadi telur, ulat aataau kepompong sebelum akhirnya menjadi kupu – kupu karena dianggap tidak menarik, sesebaran dibutuhkan untuk melewati sebuah proses.

Hari sudah hampir malam, semua pelaut sudah kembali termasuk ayah dan abangnya tapi mori tidak juga beranjak dari dermaga, dia masih menantikan kupu – kupu. Tiba – tiba dalam satu kerjapan mata, kupu – kupu yang dinantikannya datang dan berputar melingkarinya sebelum kemudian terbang menuju lalanan[1] untuk bermain – main didalam perahu.
Mori tersenyum. Didalam hatinya Mori berkeinginan sungguh menjadi pelaut hebat yang mengamalkan nilai - nilai kesabaran seperti yang dipelajarinya dari proses hidup kupu – kupu. Mori ingin menanamkan kesabaran tersebut untuk terus belajar dan menjadikanya menawan ketika dewasa nanti.
“ kupu – kupuku punya perahu, aku berlayar “ desisnya.
Ambon, 24 Februari 2011 – 3.45am
Follow me on twitter @iphankdewe
(cerita dikirimkan untuk program #faya Indonesia Bercerita @IDcerita)

[1] Lalanan adalah tempat perahu – perahu dilabuhkan yang terbuat dari bambu. Berfungsi serupa garasi dan terletak dipesisir. ( berasal dari bahasa daerah masyarakaat Maluku di jazirah Leihitu – Maluku tengah )