Ingatkah Tuhan mengajarkan terlebih dulu pada kita bagaimana
membaca ? Tuhan menuntun kita untuk mencari dan menemukan sesuatu yang akhirnya
kita sebut sebagai keyakinan karena dengan sungguh - sungguh dapat kita
pertanggung jawabkan. Tuhan telah menggambar dengan sangat baik, tanpa
sedikitpun lupa dan tanpa sedikitpun tendensi kecuali kita yang menciptakan
tendensi itu sendiri.
Adapun bila hari ini hidup kita semacam diliputi kecemasaan menyangkut
apa – apa yang seakan – akan membayang – bayangi, sesuatu yang kita anggap
berbahaya walaupun kenyataanyapun kita sendiri tidak mampu menjelaskan kedudukannya
dan member alas an yang rasional, yang empiris tentang apa yang dianggap
sebagai “soal” tersebut itu artinya kita musti duduk, bertanya pada diri
sendiri—bertafakur, mengukur diri bahwa sungguh kita hanya mampu memiliki prasangka,
sungguh kita hanya diminta untuk berikhtiar bukan untuk menghakimi “soal” untuk
melindungi diri kita yang kita anggap “maaf” paling benar atau malah paling
baik sedang kenyataannya kebenaran haanya dating dari langit dan baik buruk
hanyalah objektif di mata tuhan yang tunggal.
Ada banyak cara bertemu Tuhan
Dalam keadaan lupa diri kita sering tidak kembali menempatkan
diri sebagai hamba, sebagai ciptaan yang berarti senantiasa memiliki tempat
pulang baik ketika sakit maupun ketika bahagia. Tuhan senantiasa memata – matai
(karena kita sering kali tidak menyadari jadilah saya pilih kata itu) kita dengan tidak sedikitpun tidur apalagi
lengah. Tuhan ada dimana – mana, berbicara dengan bahasa apapun dan dibagian
waktu manapun. Tuhan ada di pasar ketika laki – laki tua mengurangi timbangan
garamnya, tuhan berada di daalam angkot ketika seorang tua terjepit dan orang
lain tidakj mengindahkan, tuhan berada di tiap butir nasi basi yang dimakan
seorang anak yang kelaparan dan mengais nasi basi di tong sampah, tuhan ada di
kantor – kantor pemerintah ketika korupsi dieksekusi, tuhan ada dimana – mana,
tuhan ada di antara baik dan buruk, tuhan ada diantara indaah dan jelek, Tuhan
ada diantara wangi, Tuhan ada dibau kloset tempat segala kotoran kita keluarkan.
Tuhan ada di mana – mana, Tuhan tidak pernah kemana – mana hanya kita yang kadang
terlampau sering merasa ditinggalkan ketika sekian Tanya tidak pula ditemukan jawabannya.
Tuhan memberi manusia kecemasan agar mengetahui dia apa yang
dibutuhkannya, lalu tuhan memberi dia mulut dan kecakapan bahasa untuk
menyampaikan maksud dalam pertanyaan tapi tuhan tidak akan menjatuhkan jawaban
dari langit kecuali manusia itu sendiri meyakini apa yang dikatakan tuhannya
bahwa tiap pertanyaan dihidup manusia hanya manusia itulah yang akan menemukan
jawabnya.
Hiduplah dengan cemas, cemaslah untuk jangan pernah berhenti
bertanya karena sungguh kita tetap harus membaca Tuhan atas takdir dihidup kita
yang adalah (?), tapi berhentilah menggugat. Menggugat ciptaan Tuhan adalah senantiasa
sia – sia.
0 komentar:
Posting Komentar