Seperti kebanyakan
anak pesisir Mori selalu suka melihat burung terbang, dari camar hingga
elang—dari pagi hingga malam anak laki – laki itu bercokol didermaga
demi untuk menyaksikan prilaku binatang favoritnya tersebut. Mori senang
melihat burung camar yang terbang bergerombol dengan konfigurasi dan
maneuver – manunuver yang menawan. Mori juga senang melihat Elang yang
terbang tinggi dan melebarkan sayap di cakrawala sebelum akhirnya
menukik tajam dan mencengkram ikan dengan kakinya yang kuat. Kawanan
burung camar adalah seperti sekelompok penari dan seekor
elang adalah seperti pemburu yang bertanggung jawab bagi keluarganya.
Mori merasa telah belajar banyak dari burung – burung yang ditemuinya
setiap hari.
Sudah seminggu setelah
pulang sekolah, Mori selalu bergegas kedermaga untuk menunggu ayah dan
abangnya pulang. Sebagai keluarga keturunan pelaut yang terkenal sejak
ribuan tahun lalu. Hampir semua anak laki – laki di kampungnya Mori
bercita – cita kelak bisa menjadi pelaut, dilepas dengan upacara
didemaga dalam satu kelompok besar baru kemudian akan berpisah untuk
tujuan masing – masing. Mori juga bercita – cita menjadi pelaut, baginya
para pelaut dimusim musim tangkap aklan terlihat tak ubahnya seperti
ksatria yang kepergian dan kedatangannya disambut meriah. Tapi kali ini
Mori tidak sekedar menunggu ayahnya pulang, ada sesuatu yang lain yang
mengusik rasa ingin tahunya.
“ itu kupu – kupu namanya, serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera atau serangga bersayap sisik “ jelas abangnya.
Mori terpukau melihat
jenis binatang bersayap yang hingga usianya sudah menginjak tujuh tahun
baru pernah dilihatnya. Mori pernah melihat itu di pelajaran ilmu alam
yang diterimanya disekolah tapi dengan melihat langsung Mori benar –
benar merasa terpukau daan langsung jatuh hati.
Sore itu sebelum ayah
bersama kelompoknya melaut mori menemukan binatang itu berputar – putar
di sekitar perahu, sesekali berhenti lalu kemudian terbang lagi. melihat
adiknya yang begitu antusias abangnya terus menjelaskan.
“ kupu – kupu itu
binatang yang sangat istimewa. Kupu – kupu sering dipakai untuk banyak
simbol. Konon kupu – kupu adalah simbol pembebasan, perjuangan,
kesabaran, keindahan dan masih banyak lagi. kamu bisa belajar dari
cerita hidup seekor kupu – kupu “
Perjumpaan pertama itu
terjadi begitu cepat, ketika dermaga mulai ramai kupu – kupupun terbang
pergi. Kata abangnya, kupu-kupu umumnya hidup dengan mengisap sari
kembang atau nektar atau beberapa jenis lainnya menyukai cairan yang
dihisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, daging
bangkai, kotoran burung, dan tanah oleh sebab itu kampung Mori yang
terletak disepanjang pesisir dengan temperatur yang lebih panas dan
didominasi pohon kelapa yang tidak begitu sesuai dengan syarat habitat ordo Lepidoptera tersebut sehingga Moripun baru berkesempatan untuk bisa menjumpainya.
“ mungkin
itu kupu – kupu gunung yang kebetulan terbawa angin terbang hingga
kepesisir. Mungkin nanti kupu – kupu itu akan datang lagi kemari “ jelas
abangnya lagi melihat Mori yang merasa begitu kehilangan kupu – kupu
sebelum ia pergi melaut.
“ sabar yaa… ingat kupu – kupu itu simbol kesabaran “ abangnya tersenyum.
Berbekal rasa keingin
tahuan yang begitu besar, Mori membaca semua buku diperpustakaan
sekolahnya yang menjelaskan tentang kupu – kupu. Dari sanaa dia tahu
bahwa kupu – kupu menjadi istimewa dan banyak menjadi simbol karena
tahapan - tahapan hidupnya yang panjang dan menarik. Kupu – kupu adalah
hasil dari proses metamorphosis yang sempurna dari telur, ulat,
kepompong hingga akhirnya menjadi Kupu – kupu.
“ banyak orang yang
menyukai kupu – kupu tapi tidak sedikit juga orang yang jijik dengan
ulat dan kepompong padahal kesemuanya ada dalam satu proses. Manusia
harus belajar dari perjalanan hidup kupu – kupu “
Dari
guru Ilmu Alamnya Mori lebih mengerti jelas tentang maksud kesabaran
yang bisa dipelajari Kupu – kupu, dari sesuatu yang tidak dianggap
kemudian bisa menjadi begitu dikaagumi dan dicintai. Menurut Mori, bila
kupu – kupu itu tidak sabar pasti dia akan kalah saat masih menjadi
telur, ulat aataau kepompong sebelum akhirnya menjadi kupu – kupu karena
dianggap tidak menarik, sesebaran dibutuhkan untuk melewati sebuah
proses.
Hari sudah hampir
malam, semua pelaut sudah kembali termasuk ayah dan abangnya tapi mori
tidak juga beranjak dari dermaga, dia masih menantikan kupu – kupu. Tiba
– tiba dalam satu kerjapan mata, kupu – kupu yang dinantikannya datang
dan berputar melingkarinya sebelum kemudian terbang menuju lalanan[1] untuk bermain – main didalam perahu.
Mori tersenyum.
Didalam hatinya Mori berkeinginan sungguh menjadi pelaut hebat yang
mengamalkan nilai - nilai kesabaran seperti yang dipelajarinya dari
proses hidup kupu – kupu. Mori ingin menanamkan kesabaran tersebut untuk
terus belajar dan menjadikanya menawan ketika dewasa nanti.
“ kupu – kupuku punya perahu, aku berlayar “ desisnya.
—
Ambon, 24 Februari 2011 – 3.45am
Follow me on twitter @iphankdewe
(cerita dikirimkan untuk program #faya Indonesia Bercerita @IDcerita)
[1]
Lalanan adalah tempat perahu – perahu dilabuhkan yang terbuat dari
bambu. Berfungsi serupa garasi dan terletak dipesisir. ( berasal dari
bahasa daerah masyarakaat Maluku di jazirah Leihitu – Maluku tengah )
0 komentar:
Posting Komentar