Malam berubah menjadi dingin
Menyekap tiap inci tubuh yang masih mau mengelak
Aku telah berdusta
Lemah ini harusnya aku ucap
Menyekap tiap inci tubuh yang masih mau mengelak
Aku telah berdusta
Lemah ini harusnya aku ucap
Berpisah denganmu adalah sengsara,
berjarak darimu seperti tak berdaya,
berjauh darimu lebih dari celaka
Aku telah berdusta dengan luar biasa
berjarak darimu seperti tak berdaya,
berjauh darimu lebih dari celaka
Aku telah berdusta dengan luar biasa
Di muka pintu aku tabur ajimat,
di depan kaca aku ucap mantra
Tapi semua hanyalah pura-pura,
aku tak lebih dari pembohong besar
di depan kaca aku ucap mantra
Tapi semua hanyalah pura-pura,
aku tak lebih dari pembohong besar
Manisku sayang
Di manapun kini mimpi membawamu berlayar dan jarak kita milyaran jumlahnya,
aku yakin kau merasa
Aku merindu
Di manapun kini mimpi membawamu berlayar dan jarak kita milyaran jumlahnya,
aku yakin kau merasa
Aku merindu
Rindu sudah jadi lautan
dan malam dan dingin tak lagi mampu menahan
Aku ingin berlayar,
mengayuh sampan menuju rumahmu
dan malam dan dingin tak lagi mampu menahan
Aku ingin berlayar,
mengayuh sampan menuju rumahmu
Manisku sayang sudah aku mengayuh,
sudah jauh bertaruh di lautan.
Dua kali aku tersapu badai tapi aku masih bisa bangun lagi.
Bila pagi tiba, aku ingin ada di pelukmu.
sudah jauh bertaruh di lautan.
Dua kali aku tersapu badai tapi aku masih bisa bangun lagi.
Bila pagi tiba, aku ingin ada di pelukmu.
Kata-kataku adalah sampan.
Tiba di matamu, terbaca olehmu dan simpanlah sehari penuh.
Tanpa dusta, bukan untuk jadi ajimat apalagi mantra
Tapi untuk sabar menunggu tiba waktu bersama. Sebenarnya.
Tiba di matamu, terbaca olehmu dan simpanlah sehari penuh.
Tanpa dusta, bukan untuk jadi ajimat apalagi mantra
Tapi untuk sabar menunggu tiba waktu bersama. Sebenarnya.
---
Ambon, Juni 2011
1 komentar:
Sajak bagus janganlah kata-katanya disingkat. :)
Posting Komentar