Lalu sudah dia berdiri
Sudah berlari sekencancang-kencangnya
Meninggalkan genangan air mata, darah yang mengering. Menuju senyum
kebanggaan orangt-orang di dusun
Dengan bola. Satu-satunya miliknya
Dari sebuah rumah sederhana, dimana ribuan bau bisa bercampur
Mata yang tajaam bisa lahir, menyala terag menghidupkan gelap
Tangan dan kaki yang kokoh. Anak-anak terbaik yang mematahkan ranting
dan batu-batu tajam
Lawan terbaik kawanan babi hutan
Di bawah sorot lampuh dan teriakan yang pecah
Duka dari luka bisa diingat. Bisa pula dirawat
Hal-hal sederhana yang mengenangkan. Orang-orang mati tanpa batu nisan
Ditebus batu hitam yang jadi tumpuan ribuan haarapan
Sepetak tanah disamping rumah. Teman-teman kecil sepermainan
Tertinggal sudah jauh dibelakang
Hanya doa-doa yang melayang, menembus batas. Sesuatu yang tidak akan
bisa dipandang
Hanya bisa dirasa.
Lalu lampu-lampu sudah padam
Suara-suara sudah mengabur
Batu hitam dilapangan hijauh tetap riuh. Sudah jauh ditinggalkannya
rumah, juga gawang kecil disamping yang tiada lagi punya bintang. Bermimpilah
dia
Dalam senyap yang tersisa. Kemenangan.
Kemerdekaan. Batu-batu hitam ditanah yang hitam
0 komentar:
Posting Komentar