
Tanpa terasa program TV Provocative Proactive yang di tayangkan di
Metro TV telah menginjak usia satu tahun. Usia yang tidak muda lagi untuk sebuah
program TV mingguan yang di garap secara professional oleh Panji Pragiwaksono
dkk. Sepanjang satu tahun perjalanannya Provocative Proactive tentulah telah
melewati berbagai proses kreatif yang mematangkan konsep dasar program tersebut
yang kurang lebih dalam pemahaman saya di arahkan untuk menjadi salah satu corong
untuk menyuarakan kebenaran serta ajang edukasi politik publik khususnya di
kalangan anak muda.
Masih dekat rasanya dalam ingatan gemuruh sambutan yang luar biasa
ketika program obrolan ringan dengan celetukan-celetukan cerdas nan pedas tersebut
pertama kali disiarkan tertanggal 31 Juli 2010. Kesuksesan tersebut terbukti
dengan tercatatnya jumlah follower twitter @ProvocActive yang di buat hari itu
juga mencapai angka 5000-an dan berhasil menjadi Tranding Topic dengan label “One
of Indonesian brilliant TV Show on Metro TV”. Lewat informasi yang
menggelembung di twitter seminggu sebelumnya sayapun menjadi orang yang ikut menantikan
program yang kalau tidak salah ingat di kesempatan pertama tersebut menghadirkan
Togar Sianipar dan tentu saja menjadi salah satu follower twitternya pada saat
itu juga.
Kelahiran dan kesuksesan Provocative Proactive tersebut tentu tidaklah
lepas dari tangan dingin dan popularitas Panji Pragiwaksono yang sebelumnya di
kenal luas lewat slogan “Kami Tidak Takut” yang populer pasca peristiwa pemboman
JW Mariott dan Ritz Carlton 2009 silam yang lalu kemudian berlanjut dengan kampanye
semangat ke-Indonesia-an #IndonesiaUnite. Panji Pragiwaksono lewat online media
terlanjur di kenal sebagai aktivis sosial yang lantang menyuarakan isu-isu sosial
baik melalui twitter, blog, lagu, buku dan tentu saja program Provocative Proactive.
Panji Pragiwaksono dan host Provocative Proactive lainnya hari ini boleh
jadi disebut sebagai salah satu icon generasi muda Indonesia yang
progresif karena mendorong terjadinya perubahan di era digital ini.
Dalam episode #1TahunPP yang dinanti-nantikan seperti biasa Pandji
Pragiwaksono dan host yang lain memainkan peran sesuai karakter yang memang
sudah sejak awal di bangun. Beberapa award di berikan kepada para narasumber
yang pernah di undang. Mahfud MD mendapatkan penghargaan istimewa sebagai
narasumber favorite yang di peroleh lewat poling yang di lakukan melalui twitter
sedangkan Marzuki Ali juga mendapatkan penghargaan yang tidak kalah istimewanya
yakni sebuah kado besar yang ternyata berisi Raditya Dika, Foto ketua DPR RI
tersebut dan sebuah lakban yang kemudian berujung pada dilakbaninya mulut pimpinan
ketua dewan yang terhormat tersebut dengan kalimat fasih “atas nama bangsa
Indonesia”
Episode #1TahunPP memang menghadirkan kesan yang mendalam sama seperti
kesan yang hadir ketika program tersebut pertama kali lahir. Budaya kritik di
bangun, generasi muda yang di yakini sebagai agent of change di anggap telah di boboti untuk bisa mengambil terus
mengambil sikap untuk mencermati realitas-realitas social teristiewa dalam
urusan politik dan Provocative Proactive telah menjadi media pembelajaran politik
yang baik sehingga di gemari termasuk dengan memberikan contoh melakbani mulut
ketua DPR atas dasar agar tidak lagi “asal” mengeluarkan statement.
Pertanyaannya kemudian apa benar melakbani mulut Marzuki Ali layak di
apresiasi sebagai bentuk sikap kritis menyikapi persoalan ataukah malah
sebagaliknya memberikan contoh yang buruk mengingat Provocative Proactive
adalah acara unggulan yang di arahkan untuk mengedukasi wawasan politik bangsa khususnya
anak muda. Benar kata Glenn Fredly yang menjadi bintang tamu bahwa Kritik kita adalah bukti rasa cinta kita
terhadap Negara, namun apakah harus lewat sikap tidak etis yang dianggap sah-sah
saja karena tentunya sebelumnya telah melewati proses pembahasan sehingga
menjadi salah satu content perayaan
#1TahunPP. Edukasi politik macam apa yang di berikan ?
Di media sosial hari ini orang bebas berargumentasi, bebas ngetwit
presiden begini dan begitu, bebas bilang Tifatul Sembiring ini dan itu dan
kini orang-orang yang menjadi panutan beropini dan bersikap memberi contoh
sikap yang jelas melahirkan reaksi. Reaksi yang sayang sekali lebih banyak
berisi kata keren, gokil, lucu dan embel-embel asal bunyi lainnya. Edukasi politik
macam apa yang di berikan ? bukankah bagian tersebut tak ubahnya pengkerdilan
sikap generasi muda yang sesungguhnya butuh pengetahuan politik yang lebih dari
sebuah sikap mengolok-ngolok.
![]() |
Hasil pencarian dengan key word Marzuki Ali |
Kutipan di awal tulisan ini adalah kalimat Ronald salah satu host yang
mengomentari pernyataan bahwa Provocative Proactive hanya melempar isu dan
tidak memberi solusi. Durasi memang menjadi alasan jelas tapi bahwa generasi
muda yang mengatakan hal demikian adalah generasi manja saya pikir sangat tidak
relevan karena justru sebaliknya mereka yang mengatakan hal tersebut ada;lah
mereka yang berfikir mencari nilai positif dari program yakni solusi atas
masalah yang di jadikan wacana. Apa bedanya Provocative Proactive yang notabene
di gawangi orang-orang muda kritis yang mengedepankan kepentingan rakyat dengan
acara-acara debat kusir di tv-tv yang “lempar topic, debat pake naskah lalu
pergi dan orang yang nonton kebingungan lalu sibuk berdebat lewat opini”. Akhirnya
semuanya seperti sekedar acara tv yang bersinggungan dengan urusan bisnis dan industry
di mana rating adalah nilai jual sehingga menjadi prioritas utama.
Generasi 2.0 hari ini memang lebih senang menerima yang gampang
termasuk dengan duduk di depan I TV lalu membenarkan apa yang di saksikan tanpa
punya pengetahuan semudah me-RT twit di twitter tanpa paham apa yang sebenarnya
di hadapinya. Politik itu ilmu bukan hanya kebebasan beropini dan ilmu adalah
segala yang harus di pelajari agar memiliki nilai empiris.
Terlepas dari konsep acara yang mungkin memang di hadirkan untuk mengundang tawa namun ada nilai yang lebih penting yakni penghormatan atas kebebasan berpendapat yang tentunya juga tidak dengan meninggalkan perihat etis tidak etis, kalau elit kita sudah tidak etis apa iya kita juga harus mengedukasi bangsa dengan cara yang sama ? saya pikir tentu tidak. Apatisme besar menggelinding bagai bola salju lewat acara tv. Industri
menggandeng isu – isu sosial yang jadi keprihatinan ditambah gaya keren-keranan
icon acara yang sok ekstrim bersikap tapi tidak bisa di anggap rasional. Generasi
Manja bisa melek politik dengan cara seperti ini ? sungguh cemas dan
menyedihkan.
Selamat hari jadi Provocative Proactive semoga panjang umur dan bisa memberi
solusi. Pancasila menutup semua dengan manis :)
----
Nb: untuk mensiasati sempitnya durasi mungkin baik bila tim kreatif
menciptakan model alternatif, host-host Provocative Proactive bisa menulis
opini serius menyangkut isu-isu yang dibahas lalu di muat di dalam e-magz yang
bisa di unduh gratis, pasti strategi pemasarannya juga jalan karena banyak yang
unduh karena bingung gak nemu solusi dalam durasi program yang relatif sempit. Demikian.
0 komentar:
Posting Komentar