Beta sudah mati di bibir natsepa;
Setelah meneguk manisnya nestapa;
Yang diseduh dalam air kelapa muda;
Bersama bening air mata mama-mama kebaya;
Beta bilang beta cinta mati;
Tidak pernah ingin mengungkit sakit hati;
Setelah darah semata kaki;
Lalu sempat berpikir; beta harus pergi;
Beta hidup lagi; mengingkari matahari;
Berdiri di rumah-rumah gunung yang awannya bergulung;
Beta bakar baju berkabung;
Buang sarung; undang pombo datang bawa pergi janji;
Beta sudah mati; lalu hidup lagi;
Beta tidak bisa pergi;
Melupa negeri;
Laut biru berubah jadi merah darahpun jadi;
Beta Sudah Mati
Diposting oleh
iphank dewe
on Senin, 05 September 2011
Label:
Bengkel Sastra Maluku,
Puisi,
sastra
0 komentar:
Posting Komentar