Tentang Pembebasan Bangsa

Share on :

Air mata sudah jatuh, sudah kering
Semua orang sudah menangis
Yang tersisa kini adalah nada amarah yang tinggi melengking
Semua orang sudah menciumi amis

Masih manusiakah kita
Bila keyakinan yang tempatnya dibatin tiap manusia sudah bisa diusik manusia lain
Masih bertuhankan kita
Bila agama yang adalah jembatan menuju keselamatan sudah dirusak karena menjadi alat untuk menyakiti orang lain

Bulan sudah jatuh kemarin
Kemarin – kemarin juga orang – orang sudah kembali masuk gua dan menyalakan lilin – lilin kembali
Pesta langit dalam senja kala seperti kata penyair sudah tiada lagi
Hanya kabut – kabut hitam tebal yang menyelubungi, membungkus bau tanah yang menguap bersama darah segar yang tertumpah kemarin

Ini bukan tentang peristiwa ada yang mati
Sebab kematian adalah fitrah layaknya kelahiran dan rejeki
Ini syair tentang kecemasan yang keluar dari dalam hati
Tentang kematian yang kini lebih sering terdengar sebagai momok berita tragedy

Coba dengar
Ini doa seorang anak dipusara bapaknya
Yaa Tuhan… berkatilah orang tuaku disisimu, konon dia mati karena membela keyakinannya atas namamu
Coba dengar
Ini doa seorang Istri dalam sujud untuk keluarganya
Yaa tuhan… selamatkan suami dan anak – anakku dijalan yang engkau ridhoi, konon mereka sedang berjuang menegakan panji – panji atas namamu.

Lalu coba dengar juga
Ini doa para penjilat yang rakus menjilati selangkangan kekuasaan setelah selesai menyebut nama tuhan
Tuhan… ini aku tuhan. Ini aku, jadikanlah aku tuhan – tuhan kecil yang kuasanya jauh lebih nyata dari kuasamu
Mereka keparat, mereka memang selalu bahagia dan merasa cukup dengan terbahak bahak “ha ha ha “. Celaka keparat bagsat

Atas nama bangsa
Atas nama orang – orang yang bersaksi ditengah gunjangan peradaban dan menjadi kuat
Mari bersuara lantang
Bangsa…
Kita bernegara untuk bisa dilindungi, tapi kalau tidak untuk apa ?
Bangsa…
Kita musti berhenti berharap banyak bila ternyata kita diperlakukan tidak lebih dari ayam sabung yang dilepas lalu disoraki

kedamaian ada dihati
Harta berharga untuk menjaga laut, menjaga gunung, bukit – bukit juga pantai – pantai
Kedamaian ada didiri
Sebuah alasan untuk bersikukuh demi menjaga anak – anak negeri, generasi – generasi baru agar mata hatinya tidak buta, tidak mati

Titip salam untuk yang mulai dari sini
Keadilan adalah satu – satunya alasan kami menyatu sebagai satu kesatuan
Titip kasih dan sayang diseantero negeri
Jangan pernah mau mati sebagai tumbal politik atau bahkan atas nama takhayul kekuasaan

Satu hati, satu ingin
Mari kita angkat sumpah
Bila sakit bisa menyatukan kita, nikmati bersama demi kematian yang mulia
Bahwa karna hidup adalah perjuangan, maka kita akan harus selalu siap berdarah demi bisa bertemu hari esok
Selamat berjuangan demi keyakinan yang manis. Yakin saja Indonesia harus damai, yang tidak damai ijin kita bikin mati. Titik.

---
Ambon 8 Februari 2011
(dibacakan dalam aksi budaya menentang kekerasan “ suara damai dari timur untuk Indonesia “ di Monumen Perdamaian dunia – Ambon, Maluku)

0 komentar:

Posting Komentar