Menurut saya, benar ketika dalam tulisan tersebut Gerry
membunyikan solusi betapa pengalaman konflik yang dimiliki tersebut harus
dinarasikan dalam satu materi yang dipelajari bersama mulai dari pendidikan
formal hingga kehidupan sehari-hari di masyarakat. Upaya menceritakan kembali
seharusnya dipandang positif karena dengan begitu ingatan akan menjadi kekuatan
untuk mereduksi hal-hal negatif yang serupa (misalnya: provokasi-provokasi
menyangkut isu-isu yang sensitif). Dengan menciptakan medium penyampaian cerita
secara lebih ideal, cerita konflik yang pernah terjadi tidak akan kemudian
menjadi hal negatif melainkan menjadi ladasan berfikir dan bersikap kritis
untuk menghadapi kondisi di ambon yang masih terus berkembang.
Setelah 11 september 2011, kericuhan kembali terjadi pada
tanggal; 14 mei kemarin ketika arak-arakan obor pattimura “katanya” disusupi
provokator. Tidak dapat dipungkiri bahwa usia masa pasca peristiwa 1999-2003
yang belum lama mengakibatkan potensi konflik masih sangat tinggi belum lagi
penanganan pemerintah yang cenderung pas-pasan dan dekat dengan aksen pembiaran
(baca; proyek) membuat peristiwa apapun masih sangat mungkin untuk terjadi. Namun
bila kesadaran masyarakat dibangun dari pemahaman serupa dan disertakan dengan
model kehidupan yang dicita-citakan (orang Maluku punya pela gandong, hidup
basudara, laeng sayang laeng-laeng lia laeng) potensi konflik bisa diredam
secara massif.
Ambon atau Maluku dalam hal konflik kadang kala terkesan
sebagai perkara yang sangat wajar atau untuk orang di luar Ambon atau bukan
orang Maluku dipandang sebagai sikap “tidak belajar dari pengalaman” yang
menurut saya tentu tidak sepenuhnya benar. Konflik di Ambon atau Maluku bukan
hal wajar, orang Ambon atau Maluku juga bukan tidak belajar tapi keragaman
pandangan menyebabkan banyaknya pilihan untuk menyikapi keadaan yang seharusnya
menurut saya bisa dinarasikan dalam satu narasi serupa yang menjadi maklumat
hidup bersama. Yaa, maklumat hidup bersama untuk menolak terulangnya peristiwa
yang sama dan kembali bisa hidup berdampingan.
2 komentar:
setuju dengan "Upaya menceritakan kembali seharusnya dipandang positif karena dengan begitu ingatan akan menjadi kekuatan untuk mereduksi hal-hal negatif"
menurut beta ini yg harus dilakukan. Memang akan sulit(setidaknya utk saat ini) membuat orang Ambon memandang positif usaha ini, karena hasil penceritaan akan dinilai berdasarkan siapa yg bercerita. Ratna Sarumpaet telah membuat fiksi dgn latar belakang konflik Ambon. Mungkin suatu saat nanti ada karya yg dihasilkan oleh orang Ambon sendiri.
jadi, cara pandang terhadap penceritaan kembali yg harus dibentuk. setelah itu masyarakat kota ini akan bisa menerima hasil penceritaan kembali sebagai sesuatu yg penting dan berharga, terlepas dari kelebihan dan kekurangan teknis penuturan.
Wahhh, bagus gan ceritanya. Ane tunggu ya postingan selanjutnya yang gak kalah kecenya. Thanks gan ^^
Posting Komentar